Poleksosbud

Suara Orang Kristen Arab Menghancurkan Tembok yang Menghalangi Rekonsiliasi Israel-Palestina


 

Gmabar diambil dari laman https://en.qantara.de/
Gambar diambil dari laman https://en.qantara.de/

BeritaMujizat.com – Poleksosbud – Eksistensi dan pergumulan orang Arab yang beragama Kristen ditengah pusaran konflik Israel dan Palestina, membawa suara baru yang membuka mata kita tentang konflik Israel dan Palestina. Selama ini konflik Israel dan Palestina seringkali dianggap sebagai konflik antara peradaban barat (Yahudi dan Kristen) dengan peradaban Arab (Islam).

Saat ini banyak kelompok bahkan mulai mengaitkan konflik antara Israel dan Palestina sebagai perang salib modern.  Narasi perang salib modern jelas tidak melihat rekonsiliasi antar kedua bangsa sebagai solusi yang dibutuhkan oleh Israel maupun Palestina. Narasi perang salib ini membangun solidaritas untuk mendukung salah satu dan menyelapkan yang lain.

Bentuk dukungan semacam ini seakan mengharuskan kita bersikap anti semitik dan memerangi Israel jika berempati terhadap penderitaan yang dialami warga Palestina. Begitu pun sebaliknya, kita harus membenci dan memusuhi Islam dan bangsa Arab apabila kita memberikan dukungan terhadap Israel.

Di Indonesia, kita melihat bagaimana berkobarnya semangat beberapa kelompok masyarakat untuk berangkat menjadi relawan perang di Gaza, yang merupakan pusat konflik antara Israel dan Palestina. Dukungan dan solidaritas yang diberikan kepada Palestina tanpa sadar mengusung semangat anti semitik yang sangat kuat.

Di media, bahkan dipusat-pusat pendidikan dan keagamaan sangat mudah kita temukan sikap anti semitik yang menganggap Israel adalah monster. Jelas sekali semangat non blok yang merupakan kearifan bangsa Indonesia dalam mengatasi konflik global, sulit sekali untuk diwujudkan dalam konflik Israel dan Palestina.

Anti Semitik atau anti Semitisme adalah suatu sikap permusuhan atau prasangka terhadap kaum Yahudi dalam bentuk-bentuk tindakan penganiayaan/penyiksaan terhadap agama, etnik, maupun kelompok ras, mulai dari kebencian terhadap individu hingga lembaga

Disisi lain, framing Islamophobia  juga terus digencarkan dalam melihat konflik Israel dan Palestina. Ditengah semakin terbelahnya dunia dalam melihat konflik Israel dan Palestina, suara orang Kristen Arab yang berdoa bagi rekonsiliasi memberikan harapan atas konflik ini.

Islamofobia adalah istilah kontroversial yang merujuk pada prasangka dan diskriminasi pada Islam dan Muslim. Istilah itu sudah ada sejak tahun 1980-an, tetapi menjadi lebih populer setelah peristiwa serangan 11 September 2001

Orang Arab yang beragama Kristen saat ini hidup ditengah pergumulan akibat framing perang salib modern yang terus dibangun dalam melihat konflik Israel dan Palestina. Mereka mendapatkan diskriminasi dari dua sisi sekaligus ketika mereka muncul sebagai orang arab yang beragama Kristen.

Sebagai bagian dari warga negara Arab mereka mengalami penderitaaan, yang juga dialami oleh sebagian besar masyarakat Palestina selama konflik berlangsung. Seperti blokade dan pelarangan masuk tempat peribadabatan yang ditutup oleh orang Israel.

Sebagai pemeluk agama Kristen mereka juga seringkali juga menjadi sasaran kelompok ekstrimis Islam karena dianggap mempunyai kedekatan terhadap Israel maupun AS. Meskipun mereka bukan Muslim, mereka juga kadang kali harus mengalami Islamophobia yang tumbuh subur di negara-negara Barat.  Mereka seringkali dianggap sebagai orang Islam ketika sekilas melihat ciri tubuh sebagai bangsa Arab.

Baca juga : Yerusalem Baru dan Agenda Tuhan atas Manusia

Orang Arab yang beragama Kristen sendiri telah ada jauh sebelum agama Islam masuk di Timur Tengah. Orang Arab Kristen merupakan bagian dari jemaat mula-mula yang mulai mengikut dan percaya kepada Tuhan Yesus. Orang Arab Kristen yang eksis sampai hari ini merupakan orang-orang sisa yang bertahan setelah Islam mulai berkembang sangat pesat di Timur Tengah.

Saat ini jumlah orang Arab yang beragama Kristen jumlahnya semakin berkurang di Palestina. Saat ini diperkirakan jumlahnya tidak lebih dari 2 % dari total seluruh penduduk di Palestina. Padahal pada tahun 1894 orang Arab yang beragama Kristen diperkirakan mencapai 13%. (sumber)

Suara “orang sisa” yang bertahan dan terus berdoa bagi rekonsiliasi Israel dan Palestina sangat jarang sekali terekspos oleh media yang sangat disibukan oleh agenda perang. Di dalam situasi krisis akibat covid-19 ini, “orang-orang sisa” ini justru dapat membangun koneksi melalui online.

Bersama dengan orang-orang Yahudi Mesianik, orang-orang Yahudi yang percaya telah diselamatkan di dalam Tuhan Yesus, Orang Kristen Arab berdoa bagi rekonsiliasi Israel dan Paletina. Dalam sebuah pertemuan online mereka mengangkat nubuatan Nabi Yesaya tentang pemulihan keluarga Abraham (Yesaya 19 : 23-24).

Pada waktu itu akan ada jalan raya dari Mesir ke Asyur, sehingga orang Asyur dapat masuk ke Mesir dan orang Mesir ke Asyur, dan Mesir akan beribadah bersama-sama Asyur. 19:24 Pada waktu itu Israel akan menjadi yang ketiga di samping Mesir dan di samping Asyur, suatu berkat di atas bumi, (Yesaya 19 : 23-24)

Mereka mengambil kata jalan tol (Highway) sebagai pesan utama dalam pertemuan online. Dalam pertemuan sederhana, namun sangat intim tersebut, mereka saling berbagi dan mendoakan. Mereka sama mendeklarasikan bahwa bangsa Israel dan Arab seharusnuya berjalan bersama sebagai keluarga, bukan saling bunuh.

Suara dan doa ini menghacurkan pandangan yang mengatakan Yahudi harus membenci Arab, Kristen harus membenci Arab, atau sebaliknya. Suara dan doa ini jelas mematahkan framing yang ada di media saat ini coba turut membenturkan Yahudi, Kristen, dan Islam lebih luas demi kepentingan tertentu.

 

Penulis : Gilrandi ADP

Comments

Related Articles

Back to top button