Pendidikan

Guru Yang Mencari Tuhan

Refleksi Panggilan di Pendidikan (RPdP)


  • Refleksi Panggilan di Pendidikan (RPdP)
  • Edisi 2 – 17 September 2021

Gambar oleh AkshayaPatra Foundation dari Pixabay

 

1. Murid-murid Itu adalah Benih Tuhan

Walau kita mengajar angka, mengajar alfabet, mengajar hal-hal dasar itu semua adalah benih-benih yang baik yang harus ditabur. Juga dengan membangun keluarga di murid-murid di kelas. Tidak hanya melihat perkembangan siswa, nilai siswa, tetapi memberikan sebuah keluarga di kelas: “Ini kelasmu, ini juga keluargamu”.  

Guru pun juga diuji untuk keprofesionalan dia dalam mengerjakan bagiannya di bidang pendidikan. “Beri korban lagi untuk mempersiapkan project yang baru lagi”. Saat kita setia perkara kecil contohnya : membantu siswa yang kecanduan main games, itu adalah benih guru untuk muridnya supaya muridnya juga berubah, jadi tidak sekedar mengajar saja.

2. Memberi Terlebih Dahulu Pada Tuhan

Guru itu juga harus mengalami pertobatan setiap hari. Cerita 5 roti dan 2 ikan, rotinya diberi Tuhan dulu baru ke anak-anak murid kita. Jika rotinya diberikan untuk orang banyak terlabih dahulu maka rotinya tidak akan cukup. Setiap apa yang kita kerjakan dipersiapkan baik seperti halnya untuk Tuhan dulu.

3. Diperlengkapi Untuk Memperlengkapi

Guru yang jarang belajar sangat ekstrim. Maka, guru harus sering belajar baik secara sistem dan mengerti hati Tuhan di panggilannya. Menyempatkan journal pendidikan karena selama lulus jarang baca journal kependidikan. Setiap malam jurnal kependidikan untuk membantu Tuhan berbicara menyentuh pada kita melalui tindakan nyata di ruang kelas. Pertobatan seluruh keluarga dan pribadi.

4. Menjadi Guru adalah Kasih Karunia

Hidup ini adalah kasih karunia, tapi terkadang kasih karunia di dalam pekerjaan itu menjadi lupa dikerjakan. Kaleb salah satu dari 12 orang pengintai, umur 85 tahun Kaleb berkata bahwa kekuatannya masih sama seperti dia muda. Kaleb meminta Hebron yang penduduknya isinya Bangsa Enak. Seperti, Tuhan punya janji pada Kaleb maka demikian pula pada kita juga.

5. Tanggung Jawab Besar

Tuhan inginkan kita seperti anak kecil yang penuh kasih sayang. Tegurlah saya karena saya banyak menunda waktu pekerjaan kependidikan saya. Ada tanggung jawab yang harus dikerjakan dengan segera.

6. Mendidik Adalah Proses

Guru harus bisa menegur dan memberi solusi kepada sesama rekan-rekannya dan murid-muridnya karena itu tentang kebenaran. Janda Sarfat memberi yang terakhir sampai habis dan tidak punya pilihan lain. Justru memberi di dalam kekurangan adalah yang terbaik. Mengajar itu juga kita memberi hidup, karena kita posisinya merubah hidup, karakter, dan pola pikir, dan masa depan murid. Itu tidak bisa dilihat hasilnya dalam waktu dekat, tetapi itu membutuhkan waktu yang lama. Hasil yang akan dituai dari murid-murid kita itu bisa sepuluh tahun lagi dan lima belas tahun lagi.

7. Guru Yang Mencari Tuhan

Semua harus merefresh diri kita dengan baik. Kita bisa rentan dan lelah karena kita itu berhadapan dengan orang-orang tua, anak didik, sistem pendidikan, dan customer yang professional. Kalau kita capek, hati rentan, pekerjaan tidak akan maksimal lagi. Juga pasti kita akan ditanya mengenai progress siswa dan progress sekolah, nyatanya progress itu ndak bisa dilihat cepat. Sambil dikerjakan professional maka kita harus bisa mencari waktu refresh kita. Disitulah tempat Tuhan berbicara dan menenangkan pikiran, sekaligus memunculkan ide-ide baru untuk mengajar.

Refleksi Panggilan Kependidikan ini disampaikan hari Jumat, 17 September 2021 secara online. Disampaikan secara berurutan sesuai point yang tertera diatas oleh : Aham, Desinta, Dimiar, Dini, Elisabet, Pricilia, dan Gilrandy.

Comments

Related Articles

Back to top button