Mandat BudayaPoleksosbud

Melacak Jejak Injil di Nias: Bagaimana Iman Mengubah Sejarah


BeritaMujizat.com–Mandat Budaya– Dari sekian ribu pulau di Indonesia, ada satu pulau yang dikenal bukan karena pariwisatanya tapi karena imannya. Pulau Nias, terletak di lepas pantai barat Sumatera Utara, dihuni sekitar 900 ribu jiwa. Saat ini, lebih dari 90% penduduknya beragama Kristen Protestan, menjadikannya salah satu pulau dengan populasi Kristen tertinggi di Indonesia.

Nias menyimpan kisah rohani yang lebih panjang dari sekadar statistik. Sebelum masuknya Kekristenan, masyarakat Nias menganut Fanömba Adu—agama kuno warisan leluhur, dikenal juga sebagai Sipelebegu oleh para pendatang. Ere, sebutan bagi pemuka agama ini, dulunya dihormati sebagai penjaga spiritual masyarakat.

Namun hari ini, Fanömba Adu hanya tinggal dalam ingatan sejarah.

“Semua peninggalan Ere sudah tinggal jejak-jejak dan sejarah dalam ingatan kami,” ujar Febriwan Harefa, seorang putra daerah.

Pulau ini telah mengalami pertobatan massal yang mengubah arah sejarahnya. Perubahan itu dimulai tahun 1865, saat misionaris asal Jerman, E.L. Denninger, menginjakkan kaki di Nias. Perjalanannya tidak mudah, dibutuhkan sembilan tahun untuk membaptis satu orang pertama. Bahkan, dalam banyak peristiwa, para misionaris ditolak, dibuang ke hutan, atau terpaksa kembali ke Eropa.

Namun benih Injil tetap ditabur, perlahan tapi pasti. Dalam waktu 25 tahun terdapat 706 orang dibaptis. Pada 1916, terjadi peristiwa monumental: Fangesa Sebua, atau pertobatan massal. Penduduk Nias, dari utara ke selatan, menerima Kristus secara kolektif.

Fanömba Adu pun perlahan ditinggalkan. Kini, bagi banyak orang sistem kepercayaan itu tak lagi dianggap agama, tapi bagian dari budaya yang telah dilebur dan ditebus oleh nilai-nilai Kekristenan. Inilah yang menjadikan kekristenan di Nias unik dan kontekstual. Menghormati leluhur dalam terang Injil, bukan lagi dalam bentuk pemujaan.

Gereja-gereja di Nias kini berdiri bukan hanya sebagai tempat ibadah, tetapi sebagai penanda bahwa Injil benar-benar mengakar: membangun sekolah, klinik, dan komunitas yang hidup.

Nias adalah bukti bahwa Injil mengubah sejarah, dari penolakan, kini pulau itu menjadi tanah yang berlimpah kasih; dan dari kepercayaan leluhur yang memudar, muncul generasi yang bersinar dalam terang.

Inilah harapan besar kita bahwa ketika Injil diberitakan dengan kasih dan kesetiaan, tidak ada tanah yang terlalu keras untuk ditanami. Tidak ada bangsa yang terlalu jauh untuk dijangkau dan tidak ada hati yang terlalu bebal untuk disentuh oleh kasih Kristus.

Comments

Related Articles

Back to top button