Berita GerejaSosok

Seorang Pendeta di Pedalaman Papua Rela Jadi Porter Demi Jemaat


Pendeta Polimus Mandiwa rela menjadi porter pelabungan demi membangun gereja untuk Tuhan dan jemaat. Sumber gambar : www.fajarpapua.com

BeritaMujizat.com – Berita Gereja – Seringkali kita mendengar kisah hamba – hamba Tuhan yang berjuang di pelosok-pelosok dengan banyak keterbatasan. Demikian juga kisah seorang pendeta di pedalaman Papua ini yang rela jadi porter di pelabungan demi jemaat.

Pendeta Polimus Mandiwa adalah seorang pendeta rela berjuang di jalan Tuhan meskipun seringkali banyak keterbatasan yang menghalanginya. Pendeta Polimus Mandiwa merupakan seorang pendeta di Gereja Bethel Indonesia Jemaat Syalom Waroki Nabire.

Pendeta Polimus rela menjadi porter di pelabuhan demi Terlihat pendeta Polimus Mandiwa menahan beban yang sangat berat ketika harus mengangkat beban dan barang-barang milik penumpang.

Seringkali terlihat wajah pendeta Polimus Mandiwa menahan beban barang yang berat. Pendeta Polimus sekuat tenaga mengangkat barang-barang milik penumpang kapal untuk mendapatkan uang.

Hal ini dia lakukan untuk Tuhan dan jemaatnya. Pendeta Polimus Mandiwa berkerinduan membangun gereja yang layak bagi jemaatnya beribadah.

“Sebelum dipanggi Tuhan saya ingin melihat jemaat saya bisa beribadah di gereja yang layak”, tutur pendeta Polimus

Dengan penuh ketulusan dia melakukan hal itu. Karena panggilannya untuk melayani Tuhan dan juga membangun jemaatnya.

Sebagai seorang porter pelabuhan tentunya pendapatan setiap hari tidak menentu. Apalagi ketika pandemi covid 19 terjadi di Indonesia. Selama sekitar dua tahun ini sangat sulit mencari penumpang kapal yang memakai jasanya mengangkat barang.

Mendapat satu penumpang saja pendeta polimus sujud syukur diatas kapal. Karena demi mendapatkan penumpang dia harus berebut dengan puluhan porter lainnya. Setiap upah dari pekerjaannya dia sisihkan untuk membangun gereja bagi jemaatnya.

Bangunan gereja masih beralaskan tanah dan tidak layak untuk dipakai beribadah. Jemaat gereja pendeta Polimus hanya bekerja sebagai petani, mereka tidak memiliki cukup uang untuk lakukan persembahan.

Dengan upah yang ada pendeta Polimus juga harus menghidupi keluarganya, yakni istri dan 4 orang anaknya. Upah yang dia dapat dalam sehari hanya mencapai 16 ribu rupiah. Dalam sebulan hanya mendapat sekitar atau  500 ribu rupiah.

Tentunya jumlah ini sangatlah kecil untuk kehidupan pendeta Polimus Mandiwa sekeluarga dan untuk membangun gereja Tuhan tempat dia menggembalakan jemaat.

Tetapi pendeta Polimus yakin bahwa Tuhan Yesus Kristus tidak pernah diam saja. Tuhan selalu menemani langkah kakinya. Dia percaya bahwa Tuhan memiliki rancangan yang indah untuknya dan jemaat. Tuhan adalah sumber kekuatannya melalui berbagai pencobaan.

sumber : unggahan Yayasan Siloam Papua

Comments

Related Articles

Back to top button