Poleksosbud

Gereja Memberikan Cara Pandang Baru dalam Melihat Dinamika Politik


BeritaMujizat.com – Poleksosbud – Dukungan terbuka terhadap Trump menunjukkan Gereja telah keluar dari kotak atau tembok yang selama ini memisahkan antara rohani dan sekuler. Gereja tidak lagi melihat politik sebagai sesuai yang harus dihindari, melainkan bagian penting dalam mendatangkan Kerajaan Allah di muka bumi.

Kemunculan Gereja dalam fenomena politik yang terjadi di Amerika Serikat (AS), mendorong optimisme baru dalam politik. Hal ini juga mendorong kemajuan studi teologis yang mengalami perkembangan yang sangat pesat.

Politik yang dulu sering dihindari, kini mulai gencar dibicarakan dalam Gereja maupun dalam studi-studi teologi. Meskipun menimbulkan gejolak dalam tubuh Gereja, langkah berani yang dilakukan Gereja memberikan cara pandang baru dalam memahami dinamika politik yang sedang terjadi.

Gereja memberikan perspektif baru dalam melihat dinamika politik global yang sedang terjadi saat ini. Gereja memperlihatkan dimensi baru bahwa dinamika politik bukan berkaitan dengan natural saja, melainkan juga berkaitan erat dengan spiritual.

Dalam hal ini Gereja melihat politik adalah manisfetasi dari peperangan rohani atau spiritual antara Kerajaan Allah dan kuasa gelap. Realitas peperangan rohani dalam politik ini merujuk peperangan sistem dan worldview yang selama ada dibalik kontestasi politik.

Sistem dan worldview yang inilah kemudian dapat menunjukan adanya manisfestasi kuasa demonik yang menjadi penghalang atau penjajah. Contoh kuasa demonik dalam sebuah sistem atau worldview adalah korupsi yang tersistemik yang menyeret semua orang untuk terpaksa korupsi.

Kebangkitan Gereja dalam partisipasi politik ini justru berkebalikan dengan kelompok masyarakat rasional yang semakin pesimis dengan politik. Hal ini sesungguhnya menunjukan bahwa pendekatan politik secara akademis dan sosial saja tidaklah cukup. Habermas seorang filsuf sosial politik modern bahkan telah melihat sebuah harapan baru dalam politik dari kelompok agama, termasuk Gereja.

Habermas bahkan menyambut kembalinya Gereja dalam ruang publik dan sekaligus mengkritisi rasionalisme yang dinilai gagal dalam melihat dinamika politik global saat ini dalam pandangannya tentang post-sekuler. Meskipun Habermas tetap menolak totaliterisme dan universalisme agama, dia tetap melihat hadirnya agama dalam politik atau publik sebagai sesuatu positif.

Pertentangan sengit terhadap kebangkitan Gereja di ruang publik ini justru muncul dari dalam tubuh Gereja. Secara teologis bahkan telah terpecah, puncaknya saat pemilihan Presiden AS yang sedang berlangsung saat ini. Gereja yang memberikan dukungan terbuka terhadap Trump mendapat serangan yang sangat kuat.

 

Penulis : Gilrandi ADP

Comments

Related Articles

Back to top button