Spiritualitas

Zimri: Raja Pengkhianat yang Berkuasa Hanya 7 Hari


BeritaMujizat.com – Spiritualitas – Zimri adalah raja kelima dari Kerajaan Israel Utara. Namanya berasal dari bahasa Ibrani yang berarti “layak dipuji.” Namun, sejarah mencatatnya sebagai seorang pengkhianat yang hanya memerintah selama tujuh hari.

Ketika Raja Baesa memerintah Israel, seorang nabi menyampaikan pesan dari Tuhan yang murka atas kepemimpinan Baesa yang menjerumuskan bangsa Israel ke dalam dosa. Tuhan pun menubuatkan kehancuran bagi keluarga Baesa:

“Maka sesungguhnya Aku akan menyapu bersih Baesa dan keluarganya, kemudian Aku akan membuat keluargamu seperti keluarga Yerobeam bin Nebat. Siapa yang mati dari pada Baesa di kota, akan dimakan anjing dan yang mati dari padanya di padang akan dimakan burung yang di udara.” (1 Raja-raja 16:3-4)

Setelah Baesa meninggal, putranya, Ela, naik takhta dan memerintah selama dua tahun. Namun, seperti ayahnya, Ela juga melakukan kejahatan di mata Tuhan.

Kudeta Zimri

Zimri, seorang pejabat militer yang menjadi panglima atas setengah pasukan kereta, berkhianat kepada Ela. Saat Ela sedang berpesta minum di rumah Arza, kepala istana di Tirza, Zimri membunuhnya dan merebut takhta.

Begitu menjadi raja, Zimri langsung memburu dan membantai seluruh keluarga Baesa tanpa tersisa. Ini merupakan penggenapan dari firman Tuhan melalui nabi Yehu:

“Zimri, pegawainya yang menjadi panglima atas setengah dari pasukan kereta, mengadakan persepakatan melawan dia. Ketika ia minum-minum sampai mabuk di Tirza, di rumah Arza yang menjadi kepala istana di Tirza, datanglah Zimri, lalu membunuh dia dalam tahun kedua puluh tujuh zaman Asa, raja Yehuda, dan ia menjadi raja menggantikan dia. Pada waktu ia menjadi raja itu, segera sesudah ia duduk di atas takhtanya, ia membunuh seluruh keluarga Baesa. Tidak ada seorang laki-laki pun dari padanya yang ditinggalkannya hidup, juga kaumnya, dan teman-temannya. Demikianlah Zimri memunahkan seluruh keluarga Baesa, sesuai dengan firman TUHAN yang diucapkan-Nya kepada Baesa dengan perantaraan nabi Yehu.” (1 Raja-raja 16:9-12)

Pemerintahan Singkat dan Akhir Tragis

Zimri hanya berkuasa selama tujuh hari. Para prajurit Israel yang tidak setuju dengan tindakannya mengangkat Omri sebagai raja dan segera bergerak untuk menyerang Zimri di Tirza. Mengetahui dirinya akan dikalahkan, Zimri memilih bunuh diri dengan membakar istana tempatnya bersembunyi. Peristiwa ini dicatat dalam 1 Raja-raja 16:15-20.

Nama Zimri Sebagai Ejekan

Beberapa tahun kemudian, nama Zimri digunakan sebagai ejekan oleh Ratu Izebel terhadap Yehu, yang telah diurapi sebagai raja menggantikan Ahab. Saat Yehu memasuki gerbang kota, Izebel berseru:

“Bagaimana, selamatkah Zimri, pembunuh tuannya itu?” (2 Raja-raja 9:31)

Namun, Izebel keliru dalam membandingkan Yehu dengan Zimri. Yehu adalah raja yang sah, sedangkan Zimri adalah seorang pengkhianat. Yehu pun segera memerintahkan pegawai istana untuk menjatuhkan Izebel dari jendela, yang akhirnya tewas dengan tragis sesuai nubuat Tuhan (2 Raja-raja 9:32-37).

Pelajaran dari Zimri

Zimri dikenang sebagai raja pengkhianat dalam sejarah Israel. Meskipun Baesa dan Ela adalah raja yang jahat, tindakan Zimri yang merebut takhta tanpa perintah Tuhan juga merupakan suatu kejahatan. Tuhan sendirilah yang memiliki hak untuk mengangkat dan menurunkan raja, sebagaimana tertulis dalam:

“Dia mengubah saat dan waktu, Dia memecat raja dan mengangkat raja, Dia memberi hikmat kepada orang bijaksana dan pengetahuan kepada orang yang berpengertian.” (Daniel 2:21)

Kisah Zimri menjadi pengingat bahwa kekuasaan yang diperoleh melalui pengkhianatan dan ambisi pribadi tidak akan bertahan lama. Orang yang berusaha mendapatkan kekuasaan dengan cara yang tidak benar pada akhirnya akan menuai kehancuran, sebagaimana yang dialami Zimri. Kekuasaan sejati berasal dari Tuhan, dan hanya Dia yang berhak mengangkat serta menurunkan pemimpin sesuai dengan kehendak-Nya.

Sebagai manusia, kita harus menyadari bahwa kepercayaan dan kehormatan tidak bisa diraih melalui pengkhianatan atau kelicikan. Sebaliknya, integritas, ketaatan kepada Tuhan, dan kepemimpinan yang bijaksana adalah kunci untuk memperoleh berkat dan kestabilan dalam kehidupan.

Comments

Related Articles

Back to top button