BMNewsLife Style

Media Tak Boleh Berlebihan ke Generasi “Cengeng”, Harusnya ke yang Bermental Pemenang


BeritaMujizat.com – BMNews – Tanpa disadari dan terus hidup dalam yang namanya “viral”, bangsa ini sedang mengembangkan, menjual, hingga menyebarkan budaya “cengeng” dan “brutal” lewat media.

Belakangan ini, apalagi dengan dimunculkannya berbagai fitur menarik di media, terutama media sosial, membuat sikap rapuh generasi muda, tindakan tak senonoh, hingga pameran vulgar “cinta monyet” anak di bawah umur menjadi konsumsi publik tanpa filter.

Harmoko, salah satu menteri di era Presiden Soeharto pernah berkata “Kita ini bangsa yang sakit, kesedihan malah dijadikan budaya”. Perkataan Harmoko itu tentunya sejalan dengan kondisi sekarang ini.

Hal-hal yang bersifat kontraproduktif bagi pengembangan budaya dan sikap mental pemenang justru dijadikan komoditas yang laris manis. “Dieksploitasi habis,” demikian kata pegiat media sosial Herry Tjahjono.

Sementara sekian banyak anak atau remaja hingga orang muda berprestasi seolah muncul ke publik dengan biasa-biasa saja. “Yah minimal masuk TV sekali, di medsos tidak viral, begitulah. Sementara yang joget vulgar dan maki-maki terus viral”.

Sedangkan bangsa ini masih terus membutuhkan generasi bermental pemenang yang mampu menyebarkan spirit “berprestasi” untuk pembangunan bangsa.

Hal ini disoroti kembali pasca viralnya Fajar “sad boy” dengan kisah perih cintanya di usia yang harusnya masih bermain nok-nok (lato-lato).

Kemudian banyak yang membandingkan dengan dua kakak beradik yakni Mischka Aoki (13) dan Devon Kei Enzo (12) yang meraih total 85 medali olimpiade nasional, tetapi biasa-biasa saja diberitakan, kemudian redup.

Sementara Fajar “cengeng” pun viral lalu kemudian dijadikan meme yang menuai pro kontra di publik. Sebagian orang merasa risih, sementara yang lainnya merasa dihiburkan, lalu muncullah Fajar-Fajar yang baru.

Lalu seperti hukum viral yang hanya sekejap, Fajar kembali redup dengan label “sad boy” tetapi nilai-nilainya sudah tersebar.

Sebenarnya tidak masalah diangkat sebagai informasi hiburan bagi masyarakat, tetapi perlu memakai yang namanya filter. Kalau perlu ala kadarnya saja.

Hiburan tanpa nilai-nilai kehidupan adalah penyakit.

Fajar tidak salah, hanya saja perlu filter dalam pemberitaan. Pemberitaan bukan soal rating dan uang, tetapi kejujuran, kabar baik, dan edukasi.

Sumber : INNIndonesia.com

Comments

Related Articles

Back to top button