RevivalSosok

John Sung Penginjil Berdarah Tionghoa Sang Obor Allah di Asia


BeritaMujizat.com – Sosok – John Song Shang Jie  atau lebih dikenal sebagai John Sung adalah seorang penginjil yang terkenal dari China pada abad ke-20. Pria kelahiran 27 September 1901 ini menjadi terkenal setelah mengadakan serangkaian perjalanan pekabaran injil ke beberapa daerah di Asia.

John Sung melakukan pekabaran Injil dan kebaktian-kebaktian kebangunan rohani kepada orang-orang Tionghoa perantauan yang membawa ribuan orang kepada iman Kristen. Karena inilah John Sung mendapat gelar “Obor Allah di Asia”.

Baca Juga : Evan Roberts Sosok Kebangunan Rohani di Wales

John Sung dilahirkan di desa Hong Chek, wilayah kota Putian (Hing-hwa), provinsi Fukien (Fujian), Tiongkok. Ia mulai berkhotbah sejak usianya masih remaja.

Selepas menyelesaikan pendidikannya di tingkat SLTA John Sung berkeinginan untuk melanjutkan pendidikan keluar negeri. Meski sempat ditentang orang tuanya tetapi kemudian ia mendapat beasiswa dari Gereja Metodis untuk belajar di Amerika Serikat.

Ia berangkat pada tanggal 2 Maret  tahun 1920 untuk kuliah di Ohio Wesleyan University dan Ohio State University. Sambil kuliah John Sung juga bekerja untuk bertahan hidup. Bersama dengan rekan-rekannya, John Sung menyusun regu-regu pengabar Injil dan mereka melayani di desa-desa sekitar.

Berkat kecerdasannya, ia meraih gelar doktor dalam bidang kimia dalam waktu lima tahun. Tulisan dan hasil riset kimianya dapat dilihat pada perpustakaan universitas sampai sekarang.

Karena hal ini-lah John Sung sempat terhilang dan terlena. Dia sempat jauh dari Tuhan dan meninggalkan pekabaran Injil yang telah dia kerjakan.

Tetapi karena kotbah seorang gadis remaja berusia 15 tahun, John Sung tersadarkan. Dia bertobat dan kembali pada Tuhan.

Baca Juga : Mengenal Jarena Lee, Penginjil Perempuan Pertama dari Keturunan Orang Kulit Hitam

Tahun 1926 John Sung memutuskan untuk menjadi seorang pekabar Injil. Dia kembali pulang ke kampong halamannya. Di tengah kapal yang sedang berlayar membawanya pulang, John Sung membuah semua ijazah-ijazah sarjananya ke laut.

Hanya satu saja ijazah yang dia bawa pulang hanya untuk menyenangkan hati ayahnya. Bagi John Sung, semua gelar dan penghargaan-penghargaan yang dia dapat hanya akan membuatnya tergoda untuk meninggalkan pekabaran Injil.

Setelah kepulangannya, John Sung memulai pekabaran Injil. Upayanya dimulai dengan berkeliling Tiongkok dari tahun 1927 hingga 1934.

Mulai tahun 1935, John Sung memulai perjalanan penginjilan di Asia. Perjalanan pekabaran Injil nya meliputi Filipina, Singapura, Thailand, dan juga Indonesia.

Tahun 1939 John Sung datang ke Indonesia. Di Surabaya ia melayani selama 7 hari. Pada malam hari orang yang datang penuh sesak dan mereka menangis dan bertobat kembali kepada Tuhan.

Yang menakjubkan orang-orang inipun rela menutup toko dan datang ke gereja setiap hari! Nyata sekali kuasa Allah sedang bekerja. Setelah itu ia melanjutkan pelayanan ke kota Madiun, Solo, Bandung dan Jakarta. Sebanyak 1000 orang hadir dalam kebaktian itu, bahkan di Jakarta orang yang hadir sejumlah 2000 orang.

Di Bogor, karena tidak ada gedung gereja yang cukup besar, orang sampai mendirikan tenda di lapangan tenis untuk memberi duduk 2000 orang. Lalu disambung ke Cirebon, Semarang, Magelang dan Purworejo. Pengaruh kedatangan Sung amat besar terhadap berdirinya gereja-gereja Tionghoa di Jawa.

Kebaktian selanjutnya di Solo dan Jogja lalu kembali ke Surabaya. Beberapa waktu kemudian dia diundang ke Ujung Pandang dan Ambon dan membawa berkat melimpah untuk gereja di sana.

John Sung berkhotbah dalam pertemuan-pertemuan kebangunan rohani di Thailand selama tahun 1938 dan 1939. Ia berbicara di gereja-gereja berbahasa Tionghoa (terutama di Bangkok), dan gereja-gereja berbahasa Thai di seluruh negeri, dari provinsi Trang di selatan sampai provinsi Prae di utara.

Para pemimpin gereja Thai, Suk Phongnoi dan Boon Mark Gittisarn menjadi penerjemah bagi Sung pada berbagai kesempatan dalam kunjungannya ke Thailand. Berkat khotbah Sung di Thailand banyak orang Kristen kembali percaya dan orang-orang bukan Kristen menjadi percaya.

Menjelang akhir hayatnya, John Sung menderita penyakit tuberkulosis usus (TBC)  yang bertahun-tahun ditanggungnya dan sangat mempengaruhi pekerjaannya. Tak jarang ia pingsan di tengah-tengah khotbahnya, dan harus dirawat beberapa saat.

Namun, segera setelah ia siuman, ia meneruskan khotbahnya sampai selesai, dan selama itupun jemaat dengan setia menunggu sambil berdoa untuknya. Seringkali ia harus berbicara sambil bersandar untuk mengurangi rasa sakitnya. John Sung meninggal karena penyakitnya ini pada tanggal 18 Agustus 1944 dalam usia 42 tahun.

John Sung telah tiada tetapi api yang dia nyalakan untuk Asia tidaklah padam. Dari hidupnya api kebangunan rohani itu menyala.

Semakin merambat dan semakin luas. Banyak gereja dan orang percaya yang terbangun hidupnya karena pelayanan John Sung.

Bagaimana dengan kita? Dapatkah kita seperti John Sung? Memberikan hidupnya untuk banyak jiwa bertemu Tuhan.

Baca Juga : Kematian yang Membawa Kehidupan

Menyalakan api kebangunan rohani itu bahkan meninggalkan zona nyaman. Dia pergi dari rumahnya, meninggalkan keluarga untuk menyalakan api itu bagi Asia dan banyak tempat.  Dan api itu bisa kita rasakan sampai hari ini.

Comments

Related Articles

Back to top button