Intoleransi semakin Meningkat, Mafia Agama sedang Bermain?
BeritaMujizat- Poleksobud – Polemik toko roti TOUS les JOURS yang menolak pemesanan roti bertuliskan selamat Natal, menambah semakin panjang daftar intoleransi di Indonesia. Dalam satu tahun terakhir saja, sudah terdapat 31 kasus intoleransi yang terjadi di berbagai daerah. (sumber)
Menurut setara institut, kasus intoleransi juga menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan dalam 11 tahun terakhir. Mulai dari pelarangan ibadah, perusakan tempat ibadah, hingga penolakan tetangga yang berbeda agama, adalah bentuk-bentuk intoleransi yang marak terjadi.
Meningkatnya intoleransi ini juga diikuti semakin populernya para pengkotbah kontroversial. Para pengkotbah kontroversial ini semakin mendapat panggung, terutama di media sosial.
Para pengkotbah yang dianggap kontroversial karena gemar menyinggung agama lain ini bahkan dengan mudah masuk dalam institusi pemerintahan.
Adanya Pembiaran terhadap Intoleransi
Meskipun jelas-jelas bertentangan dengan nilai-nilai dan semangat Pancasila, akan tetapi sampai saat ini belum ada langkah yang tegas dan progresif untuk mengatasi permasalahan ini. Bahkan dengan gampang kasus-kasus intoleransi dianggap berlalu begitu saja tanpa jawaban.
Ormas-ormas agama yang sering melakukan intoleran juga masih dapat eksis sampai saat ini. Wacana pembubaran ormas-ormas intoleran nampaknya belum berani dilakukan, meskipun sudah mendapat dorongan dari masyarakat yang merasa resah.
Pembiaran terhadap meningkatnya intoleran ini nampaknya sangat berkaitan erat dengan potensi besar yang dimiliki dari gerakan agama itu sendiri.
Secara politik, kekuatan agama telah terbukti sangat menjanjikan untuk dijadikan sebagai kendaraan politik. Gerakan agama juga dapat menempatkan Indonesia pada posisi yang sangat strategis dalam geopolitik internasional. Indonesia dapat mengantikan peran Turki dan negara-negara dengan kekuatan agama lainya yang sedang mengalami gejolak dalam negeri.
Secara ekonomi, ekonomi berbasis agama juga mempunyai potensi yang sangat besar. Potensi ini bahkan dapat membawa Indonesia menuju negara maju. Bappenas memprediksi, pada tahun 2023 potensi ekonomi berbasis agama di Indonesia mencapai 3 trilliun dollar Amerika. Jika dihitung dalam rupiah angkanya mencapai 45.000 triliun. (sumber)
Oknum-oknum tertentu tidak ingin melewatkan potensi dan momentum yang sangat besar ini. Oleh karena mereka terus berusaha membangun semangat keagamaan, meskipun seringkali harus menabrak nilai-nilai keberagaman.
Atau mungkin memang isu intoleransi sengaja dimunculkan supaya konflik antar agama yang lebih besar terjadi. Hal ini tentu akan mempermudah kelompok tersebut untuk membangun semangat bela agama.
Kita masih terus menunggu langkah dari pemerintahan yang baru untuk mengatasi permasalah intoleransi ini. Beranikah pemerintahan yang baru membrantas mafia agama seperti membrantas mafia-mafia yang lainnya?
Atau malah sebaliknya. Karena tergiur dengan potensi besar agama, negara terpaksa mengesamping pentingnya toleransi antar umat beragama. Umat-umat yang lebih minoritas “dipaksa” maklum dengan intoleransi yang terjadi.
Penulis : Gilrandi ADP