Mandat BudayaPoleksosbud

Beranikah Gereja Menarik Dukungannya Terhadap Politikus yang Memanfaatkan Berita Hoaks?


BeritaMujizat.com – Poleksosbud – Kebohongan yang dibuat oleh Ratna Sarumpaet baru-baru ini sudah sangat keterlaluan. Ditengah situasi bangsa yang tengah berduka akibat gampa dan tsunami Palu, Dia malah tega-teganya mengarang cerita bohong yang meresahkan banyak orang.

Wajahnya yang lebam-lebam akibat operasi plastik dipakai untuk menebar cerita bahwa dia habis dipukuli dan dikeroyok orang tak dikenal, yang dicurigai orang suruhan pemerintah. Cerita tersebut lantas dipakai kawan-kawan politiknya (para pendukung Prabowo –Sandi) untuk membuat sebuah narasi yang jelas ditujukan untuk menjatuhkan Jokowi sebagai petahana.

Dengan cerita wajah bonyok RS, mereka berteriak-teriak di media, bahwa rezim otoriter telah bangkit kembali dalam pemerintahan Jokowi. Prabowo dan Sandiaga Uno berserta barisan pendukung lain bahkan sampai rela melakukan konferensi pers, tanpa mengecek kebenaran yang sesungguhnya. (Sumber)

Sebenaranya sangat janggal apabila mereka tidak melakukan klarifikasi lebih dalam terhadap cerita RS, sebelum berkoar-koar di media sosial. Mereka smepat bertemu RS sebelum mengeluarkan statement kapada publik. Berbeda cerita apabila RS sampai hari hilang tidak ditehaui keberadaannya.

Mungkin mereka sudah tidak perduli bahwa cerita tersebut fakta atau Hoaks, yang penting mereka dapat cerita untuk dibuat sebagai sebuah narasi politik. Jika memang benar seperti itu yang terjadi, betapa tumpulnya hati nurani mereka.

Mereka tidak berifikir dan tidak perduli lagi bahwa narasi yang politik yang mereka buat dapat meresahkan dan mengancam perdamaian masyarakat. Para politikus ini tetap santai dan tidak merasa berdosa meskipun polisi dan masyarakat akhirnya membongkar kebohongan yang dibuat RS.

Mereka kini malah gantian menyalahkah RS yang notabene adalah rekan mereka sendiri, setelah masyarakat banyak mengecam RS. Mereka mencoba mencuci tangan dari blunder yang dilakukan RS, dengan dalih tidak mengklarifikasi secara mendalam.  Hal ini tentu tidak dapat dibiarkan begitu saja oleh Gereja.

Penggunaan sebuah isu untuk memframing bahkan memprovokasi masyarakat merupakan hal yang sangat berbahaya. Pola jahat ini terbukti terus dipakai sebagai strategi politik sejak Pilkada DKI. Cuitan Buni Yani terbukti mengambil potongan pidato Ahok kemudian diframing dan disebar kepada masyarakat.

Gereja harus berani menarik dukungan politik dan bersikap tegas terhadap siapapun yang memakai hoaks sebagai strategi politiknya. Peringatan keras ini harus dilakukan agar para politisi tidak seenaknya sendiri memakai berita hoaks untuk strategi politik mereka. Gereja harus turut menentukan terciptanya politik yang dijalankan melalui kompetisi yang sehat.

Gereja memang tidak berpolitik secara praktis, akan tetapi Gereja sebenarnya punya kekuatan untuk menekan para politisi nakal yang memanfaatkan isu tertentu untuk membodohi masyarakat. Disinilah peran Gereja sesungguhnya dalam politik, yaitu berfungsi sebagai ranah pertimbangan moral dan nilai-nilai.

Jika ada Gereja yang masa bodo dan menganggap kebohongan seamcam bukan masalah serius, itu tandanya Gereja tersebut gagal mengerti peran penting yang harus dipikul Gereja dalam politik.

 

Penulis : GIlrandi ADP

 

Comments

Related Articles

Back to top button