Akankah Grace Natalie “Diahokan” dalam Isu Perda Agama Ini?
BeritaMujizat.com – Poleksosbud – Politisasi agama kembali mendapat angin segar setelah Grace Natalie, Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) meyinggung soal peraturan daerah (perda) agama. Grace Natalie yang dengan tegas menolak penerapan perda agama dilaporkan kepada pihak Kepolisian karena dianggap telah menista agama.
Kritik ketua partai PSI atas praktek perda agama dianggap rawan terhadap konflik dinilai sebagai bentuk penghinaan tehadap agama Islam. Isu ini kemudian terus dibicakan dan menjadi salah satu trending topik di media sosial.
Akan tetapi aroma jahat politisasi agama tercium lebih kuat dari pada pembahasan yang substansial tekait perda agama ini. Dicurigai ada upaya yang sangat kuat untuk “Mengahokan” Grace Natalie dibalik isu soal perda agama ini. Kasus penistaan agama mungkin coba dipakai untuk membuat langkah Grace Natalie dan PSI menjadi tersandung seperti halnya yang terjadi pada Ahok.
Pasalnya Grace Natalie bukan orang pertama dan satu-satunya yang mengkritik pemberlakuan perda agama. Dua tokoh Islam besar di Indonesia pernah gamblang menolak Perda Syariah. Mereka adalah mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) almarhum KH Hasyim Muzadi dan mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Ahmad Syafi’i Maarif (sumber).
Akan tetapi kedua tokoh tersebut tidak pernah diseret dalam kasus hukum karena dianggap menista agama. Aneh rasanya jika saat ini Grace Natalie dianggap menghina agama ketika dia juga mengkritik penerapan perda agama.
Anehnya lagi narasi politik jangan memilih pemimpin yang menentang perda agama kemudian langsung beredar di masyarakat. Hal ini semakin jelas bahwa kasus ini sengaja ditujukan untuk menghabisi citra Grace Natalie dan PSI yang saat ini muncul sebagai partai yang menawarkan perubahan bagi dunia perpolitikan Indonesia. Isu agama yang masih sensitif coba terus didayagunakan oleh kelompok tertentu sebagai narasi politik.
Setelah pola ini terbukti berhasil menggulingkan Ahok, pola ini nampaknya akan terus diperjuangkan untuk menghabisi para politikus baru yang hadir dengan ide-ide perubahan. Beberapa tokoh coba diseret agar terperangkap dalam pasal karet penistaan agama.
Hal ini menjadi peringatan Gereja Tuhan agar melihat dengan pikiran dan hati jernih terhadap isu-isu yang sangat sensitif seperti perda agama ini. Jangan sampai Gereja ikut terjebak dalam upaya jahat politisasi agama yang berusaha memanfaatkan celah dalam agama untuk saling dibenturkan atau digesekan.
Penulis : Gilrandi ADP