28 Tahun dr Andreas Widjaja Beri Hidup untuk Masa Depan Papua
BeritaMujizat.com – Sosok – Almarhum dr Andreas Widjaja, Sp.PD, FINASIM mengakhiri hidupnya dengan buah pengabdian yang manis. Andreas telah mengabdikan hidupnya sepenuhnya untuk melayani masyarakat Papua.
Pengabdian itu telah dimulainya sejak tahun 1995 pada saat Provinsi tersebut masih dikenal sebagai Irian Jaya.
Perjalanan Andreas Widjaja di Papua dimulai dengan tugas tiga tahun di puskesmas Karubaga di Kabupaten Jaya Wijaya. Saat itu, daerah tersebut sangat terpencil dengan tidak ada listrik dan akses jalan yang terbatas.
Selama tiga tahun tersebut, Andreas Widjaja belajar banyak dari masyarakat setempat. Ia menyadari pentingnya memberdayakan masyarakat Papua untuk membangun masa depan mereka sendiri. Pendidikan dan pelayanan kesehatan muncul sebagai komponen penting dalam pengembangan sumber daya manusia di Papua.
Selain dari pekerjaan medisnya, Andreas Widjaja juga memainkan peran yang signifikan dalam membentuk sumber daya manusia Papua melalui pendidikan. Ia adalah pendiri “Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Kasih Agape,” yang berlokasi di depan rumahnya di Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua.
Selain menyediakan pendidikan anak usia dini secara gratis, ia juga merawat anak-anak dari daerah pedalaman, khususnya dari pegunungan Papua Tengah. Tujuannya lebih dari sekadar mentransfer pengetahuan; ia bertujuan untuk menanamkan karakter dan memberikan contoh teladan, yang sangat penting untuk perkembangan emosional dan mental anak-anak ini.
Andreas dan istrinya telah merangkul anak-anak ini sebagai anak-anak mereka sendiri, dengan sekitar 10 di antaranya tinggal di rumah mereka sementara 4 lainnya mengejar pendidikan tinggi di kota-kota seperti Salatiga, Bandung, dan Bali.
Dua wanita muda saat ini sedang menempuh pendidikan sarjana di Bali dan Salatiga untuk menjadi guru sekolah dasar dan guru taman kanak-kanak. Ketika mereka lulus, mereka akan menjadi wanita pertama dari pedalaman Ende yang meraih gelar sarjana. Inilah mimpi dari Dr. Andreas dan Istrinya, melihat anak-anak yang mereka asuh menjadi orang yang berhasil.
Perjalanan ini memiliki sukacita dan tantangannya sendiri. Andreas Widjaja merasa bahagia saat melihat keberhasilan anak-anak ini, dan rumahnya selalu ramai dengan aktivitas. Namun, ia juga menghadapi kesulitan dalam bekerja dengan anak-anak dari berbagai latar belakang dengan norma budaya dan kebiasaan yang berbeda-beda. Mengajarkan kepada mereka kebiasaan dan aturan yang lebih baik bukanlah proses instan.
Harapan Andreas Widjaja adalah agar lebih banyak anak dapat mendapatkan pendidikan dan bimbingan sebagai bagian dari keluarga besar mereka. Ia terus memikirkan kehidupan anak-anak yang ia rawat di Papua.
Mengidap penyakit kanker paru-paru, Andreas Widjaja membayangkan fasilitas perawatan kanker yang lebih baik di Papua. Sehingga pasien kanker dapat menerima perawatan yang memadai tanpa harus bepergian ke Jawa.
Dalam sebuah video yang diunggah di Instagram oleh @imanuelyuliusmalino, salah satu anak asuh Andreas Widjaja bernama Opaslina (16 tahun) mengungkapkan rasa terima kasih yang mendalam, dengan mengatakan, “Bapa Mama telah mengambil saya dan mengajar saya banyak hal yang sebelumnya tidak saya ketahui. Saya belajar memasak, menyapu, mengepel, dan mengatur waktu dengan bijak. Terima kasih besar kepada Bapa dan Mama; tahun lalu, saya tidak diterima di sekolah manapun, tetapi mereka bekerja keras untuk memastikan saya bisa masuk ke sekolah terbaik.”
Anak asuh lainnya yang bernama Seko menyebutkan bahwa sebelumnya ia tidak bisa membaca atau menulis, tetapi berkat Andreas dan istrinya, ia mendapatkan pendidikan yang memungkinkannya mengembangkan keterampilan tersebut. Saat ini, Seko bersekolah di SMA 1 Sentani, salah satu sekolah paling prestisius di Sentani.
dr. Andreas Widjaja, Sp.PD, FINASIM, dengan rendah hati mengatakan, “Mungkin ini hanya usaha kecil dan sederhana, tetapi ini adalah kontribusi saya sebagai warga negara Indonesia yang peduli terhadap Papua.”