Pesan Mimbar

Worshipper Sejati: Menyembah dalam Roh dan Kebenaran


BeritaMujizat.com – Pesan Mimbar – Kalimat “the time has come” bukanlah kalimat biasa. Itu adalah pernyataan surgawi yang mengandung panggilan ilahi: ketika waktunya tiba, siap atau tidak, kita harus menghadapinya. Waktu Tuhan bukan sekadar momentum, melainkan perintah untuk memasuki sebuah musim baru.

Revival, kebangunan rohani, adalah sesuatu yang sudah lama kita rindukan. Tetapi Tuhan berkata: “Cukup kamu setia. Kamu tidak perlu menginisiasi apapun. Tunggu waktunya.” Ketika waktunya datang, Tuhan sendiri yang mengerjakannya—dari Tuhan, oleh Tuhan, untuk Tuhan.

The Real Worship Begins

Ketika Yesus hadir di bumi, dimulailah era baru penyembahan. Selama ini dunia hanya beribadah, tapi Yesus memperkenalkan penyembahan sejati—penyembahan dalam spirit dan truth. Itulah esensi penyembahan yang benar.

Prinsip Penyembahan Sejati

Prinsip #1: Penyembahan Adalah Respons terhadap Pengenalan Akan Allah

Tidak mungkin seseorang menyembah Tuhan tanpa mengenal Tuhan. Penyembahan yang benar lahir dari refleksi yang mendalam akan siapa Allah bagi kita.

Seorang teolog berkata:
“Worship is ritualized theology; theology is reflective worship. The quality of our worship is therefore an index of the quality of our theology (and vice versa)… Dogmatics both begins in and leads to doxology.”
“Ibadah adalah teologi yang menjadi ritual; dan teologi adalah ibadah yang merefleksikan. Kualitas penyembahan mencerminkan kualitas teologi kita.”

Kita harus mengerti siapa Tuhan yang kita sembah.

Thomas Aquinas, teolog besar Katolik, bahkan tidak menyelesaikan karyanya yang terkenal Summa Theologiae karena merasa Tuhan terlalu besar untuk ditulis. Ia berkata:

“Allah ialah dasar terdalam dari segala kenyataan. Kepada siapa engkau menggantungkan dan menyerahkan hidupmu, itulah sebenarnya Allahmu.”

John Calvin juga mengingatkan:

“Hal paling penting dalam hidup adalah mengenal Allah dan mengenal diri sendiri.”

Jadi, siapa Allah kita? Kepada siapa kita bergantung? Kepada siapa kita menyerahkan hidup setiap hari? Itulah pusat penyembahan kita.

Prinsip #2: Esensi Penyembahan Ada di Dalam Hati, Bukan Sekadar Ritual

Mazmur 115:3 berkata:
“Allah kita di sorga; Ia melakukan apa yang dikehendaki-Nya!”

Ayat ini mengingatkan kita bahwa Tuhan berdaulat. Tidak ada gunanya melawan kehendak-Nya. Lebih baik tunduk dan setia.

Disambung dengan Mazmur 115:4-8, firman Tuhan menggambarkan perbedaan nyata antara Allah yang hidup dan berhala:

“Berhala-berhala mereka adalah perak dan emas, buatan tangan manusia…”

Tuhan mengajarkan bahwa penyembahan bukan soal tampilan luar, bukan sekadar ritual, tapi soal hati. Jaga hati kita, karena dari sanalah terpancar kehidupan.

Prinsip #3: Kita Akan Menjadi Seperti yang Kita Sembah

Karakter kita akan merefleksikan siapa yang kita sembah. Jika kita menyembah Tuhan yang penuh kasih dan kebenaran, maka hidup kita akan mencerminkan kasih dan kebenaran itu.

“Seperti itulah jadinya orang-orang yang membuatnya, dan semua orang yang percaya kepadanya.” (Mazmur 115:8)

Kita tidak bisa hidup sendiri. Sejak awal, Allah adalah komunitas dalam diri-Nya: Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Maka kita pun harus hidup dalam komunitas, bertumbuh bersama, dan menyembah Allah Tritunggal yang Esa.

Allah Tritunggal: Tuhan yang Kita Sembah

Keluaran 3:14-15:
“AKU ADALAH AKU telah mengutus aku kepadamu… Allah Abraham, Allah Ishak, dan Allah Yakub…”

Allah yang kita sembah adalah Allah yang sama sejak zaman Abraham. Ia tidak berubah. Kita menyembah Bapa, Putra, dan Roh Kudus—Tuhan yang satu, yang kekal.

Kita tidak bisa menyembah Tuhan dan mamon sekaligus. Seorang penyembah sejati harus beres dalam hal uang, beres dalam hati, dan beres dalam pengenalan akan Tuhan.

“Allah adalah sesuatu yang paling penting yang berkaitan dengan manusia.”Paul Tillich

Mulai hari ini, mari kita menyembah Tuhan bukan hanya dengan lagu, bukan hanya dengan pelayanan, tapi dengan hidup yang mencerminkan siapa Tuhan kita. Karena penyembahan sejati adalah hidup yang diserahkan penuh kepada Allah—dalam roh dan kebenaran.

Pesan mimbar ini disampaikan oleh Pdt. Dr. Yusuf Hanny Setiawan, M.B.A dalam ibadah raya sesi  Bethany El-Bethel, tanggal 6 April 2025.

Comments

Related Articles

Back to top button