Sosok

Robert Morrison: Dari Tukang Sepatu hingga Penerjemah Alkitab di Tiongkok


BeritaMujizat.com – Sosok – Robert Morrison lahir di Inggris pada tahun 1782 sebagai anak bungsu dari delapan bersaudara dalam keluarga keturunan Skotlandia. Ayahnya adalah seorang tukang sepatu, dan sejak kecil, Morrison pun bekerja membantu ayahnya dalam pekerjaan tersebut.

Pada masa remajanya, Morrison mengalami pertobatan rohani yang mendalam. Ia kemudian mengambil keputusan untuk mengabdikan hidupnya bagi pekerjaan penginjilan. Pada tahun 1798, ia bergabung dengan Gereja Presbiterian dan mulai mempelajari teologi, astronomi, serta ilmu pengobatan di Universitas Hoxton. Morrison juga mempersiapkan dirinya untuk pelayanan misi dengan belajar di Akademi Misionaris di Hampshire.

Tahun 1804 menjadi titik balik dalam hidupnya ketika ia bergabung dengan London Missionary Society (LMS). Setelah itu, ia dikirim ke London untuk mempelajari bahasa dan kebudayaan Tionghoa sebagai persiapan sebelum pergi ke Tiongkok. Akhirnya, ia ditahbiskan sebagai misionaris pada bulan Juni 1807 dan berangkat menuju Tiongkok pada September tahun yang sama, dengan singgah terlebih dahulu di New York.

Tantangan di Tiongkok dan Strategi Penginjilan

Morrison tiba di Guangzhou, Tiongkok, pada tahun 1807. Saat itu, Tiongkok adalah negeri yang sangat tertutup terhadap orang asing akibat kebijakan pemerintahan yang xenofobia. Para penguasa mencurigai dan membatasi interaksi dengan orang luar, terutama yang membawa ajaran dan budaya asing.

Untuk mengatasi tantangan ini, Morrison mencari cara yang bijaksana dalam melaksanakan misi penginjilan. Salah satu langkah cerdas yang ia ambil adalah bekerja sebagai penerjemah resmi bagi East India Company. Pekerjaan ini memberikan perlindungan hukum baginya serta akses untuk mempelajari bahasa dan budaya Tionghoa lebih dalam.

Ia juga menyusun strategi stepping stone dalam penginjilan, yaitu metode mendirikan pusat-pusat penginjilan di perbatasan Cina Selatan dan wilayah pesisir Asia Tenggara. Dari pusat-pusat ini, para misionaris dapat belajar tentang budaya Tionghoa dari komunitas perantauan sebelum mencoba masuk lebih dalam ke Tiongkok daratan. Morrison juga bekerja sama dengan dua penduduk lokal yang beragama Katolik untuk memperbaiki keterampilan bahasa Mandarinnya.

Penerjemahan Alkitab: Warisan Abadi

Morrison memahami bahwa salah satu cara terbaik untuk menyebarkan Injil adalah melalui terjemahan Alkitab dalam bahasa Tionghoa. Proyek ini menjadi fokus utama pelayanannya. Dengan bantuan William Milne, ia berhasil menyelesaikan terjemahan lengkap Alkitab ke dalam bahasa Tionghoa pada tahun 1823. Karya ini menjadi Alkitab Protestan pertama dalam bahasa Mandarin dan menjadi dasar bagi banyak terjemahan selanjutnya.

Selain Alkitab, Morrison juga menyusun kamus bahasa Tionghoa-Inggris yang sangat membantu para misionaris dan peneliti Barat dalam memahami bahasa dan budaya Tiongkok. Kamus ini tetap menjadi rujukan utama selama bertahun-tahun.

Warisan dan Pengaruh

Robert Morrison meninggal di Guangzhou pada tanggal 1 Agustus 1834, tetapi warisannya dalam dunia misi terus berlanjut. Karyanya dalam penerjemahan Alkitab membuka jalan bagi pertumbuhan Kekristenan di Tiongkok. Bahkan setelah kematiannya, benih Injil yang ia taburkan terus bertumbuh dan berkembang, yang pada akhirnya menghasilkan pertumbuhan gereja yang luar biasa di Tiongkok pada abad ke-20 dan ke-21.

Hari ini, Kekristenan di Tiongkok berkembang pesat dengan jutaan orang menjadi pengikut Kristus. Robert Morrison adalah salah satu tokoh yang berjasa dalam membawa terang Injil ke negeri Tirai Bambu, dan dedikasinya tetap dikenang sebagai pionir dalam sejarah misi di Asia.

Robert Morrison bukan hanya seorang misionaris biasa, tetapi seorang perintis yang dengan tekad dan kerja kerasnya membuka jalan bagi generasi penerus dalam membawa kabar baik ke Tiongkok. Warisannya tetap hidup dalam setiap halaman Alkitab yang dibaca oleh umat Kristen Tionghoa hingga saat ini.

Comments

Related Articles

Back to top button