Peradaban Kristen : Oase di Tengah Benturan Peradaban yang Semakin Memanas
BeritaMujizat.com – Poleksosbud – Gejolak politik dan sosial berbau SARA yang marak terjadi saat ini, menjadi permasalahan yang harus dihadapi semua bangsa, termasuk Indonesia. Bangkitnya isu SARA ini mengoyak semangat keberagaman dan toleransi yang telah diwariskan oleh para pendahulu.
Masyarakat yang sudah terbiasa hidup dalam keberagaman dan toleransi sebelumnya, sedikit demi sedikit berubah menjadi masyarakat yang eksklusif. Situasi menjadi semakin parah ketika kontestasi politik dengan terang-terangan menggunakan narasi SARA sebagai alat kekuatan politik.
Gereja mengalami dampak langsung dengan bangkitnya kembali konflik SARA di tengah masyarakat Indonesia saat ini. Dalam sepuluh tahun terakhir tercatat ada 200 bentuk gangguan bahkah pelarangan atau penutupan Gereja yang ada di Indonesia (sumber). Angka ini terus meningkat dalam masa pandemi yang mewajibkan jemaat harus mengadakan ibadah dari rumah. .
Selain itu, konflik antar etnis juga kembali memanas belakangan ini. Belum lama terjadi gejolak yang terjadi di Papua antara penduduk asli Papua dan warga pendatang yang telah lama hidup berdampingan.
Bangkitnya konflik SARA di tengah masyarakat saat ini tidak terlepas perang ideologi yang sedang terjadi. Perang ideologi saat ini bukan antara liberalisme melawan komunisme seperti yang terjadi pada waktu perang dingin. Perang ideologi yang terjadi saat ini adalah ide mewujudkan tatanan masyarakat baru yang berdasarkan agama atau etnis tertentu.
Gejolak politik dan sosial akibat adanya perang ideologi mewujudkan tatanan masyarakat yang baru ini telah diramalkan oleh Samuel P Huntington sebelumnya. Dalam pidatonya di American Enterprise Institute (1992), dia menyebut identitas agama dan budaya akan menjadi sumber konflik utama di dunia pasca Perang Dingin. Hal ini kemudian dikenal sebagai benturan peradaban clash of civilisation (coc).
Peradaban Kristen
Dalam benturan peradaban, Kekristenan dimasukan atau disejajarkan dengan peradaban barat. Peradaban barat disebutkan oleh Samuel P Huntington terdiri dari Amerika Serikat, Kanada, Australia, Oseania. Pembagian inilah yang mengakibatkan Kekristenan dianggap sebagai produk dari budaya barat.
Memang Kekristenan sempat berkembang dan disebarkan oleh negara-negara barat. Akan tetapi Kekristenan yang diterima dan dikembangkan di Indonesia tidak serta merta menjadikan orang Kristen sebagai fotocopy dari budaya barat. Kekristenan tumbuh dan berkembang sangat unik berdasarkan kearifan lokal.
Hal tersebut diwujudkan dalam lahir dan berkembangnya Gereja aras kesukuan dan nasional. Gereja-Gereja ini secara otonom dikembang oleh orang asli dan menggunakan pendekatan kearifan lokal yang ada. Lahir dan berkembangnya Gereja yang berakar pada kesukuan ini kemudian bahkan memberikan kontribusi dalam upaya pembentukan identitas nasional bangsa.
Dalam pembentukan identitas nasional ini, Gereja berelasi dan mengalami pergolakan yang panjang dengan berbagi kelompok dan aliran. Selain itu, peradaban Kristen sejatinya tidak dibangun diatas sistem atau otoritas kekuasaan dunia yang rapuh. Peradaban Kristen dibentuk dalam Kerjaan Allah yang tidak tergoncangkan dan diatas sistem atau pemerintah manapun.
Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat. (Filipi 3 : 20)
Konsep dwi kewarganegaraan sebagai warga negara surga dan warga negara biasa yang lontarkan oleh Martin Luther menjadi kekayaan dan keunikan yang dapat menembus batas-batas politik atau sosial tertentu. Bahkan bagaimanapun bentuk pemerintahan yang ada, orang Kristen tidak diperintah memberontak atau membangkang.
Jawab mereka: “Gambar dan tulisan Kaisar.” Lalu kata Yesus kepada mereka: “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah. (Matius 22 : 21)
Gereja dapat membangun jaringan global tanpa memaksakan atau menghilangkan identitas nasional dan kesukuan yang terkandung didalamnya. Tercapai atau terwujudnya peradaban Kristen bukan dalam bentuk penaklukan dari peradaban lain. Peradaban Kristen justru mengupayakan kesejahteraan semua umat manusia, bahkan ketika berada sebagai minoritas atau bahkan kaum tertindas sekalipun.
Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu. (Yeremia 29 : 7)
Penulis : Gilrandi ADP