Patutkah Gereja Memanfaatkan Pemilu untuk Mendapatkan Bantuan Dana?
BeritaMujiat.com – Poleksosbud – Bagi beberapa orang, pemilu dan pilpres selalu mendatangkan berkah tersendiri. Mereka berlomba-lomba menyusun proposal untuk meminta bantuan dana dari caleg atau partai tertentu.
Nilai bantuan yang ditawarkan bervariasi dari jutaan rupiah hingga ratusan juta rupiah. Ada yang dipakai untuk mengadakan kegiatan, ada juga yang dipakai untuk melakukan pembangunan fisik.
Praktek semacam ini sudah menjadi rahasia umum di tengah masyarakat Indonesia. Meskipun memberi dampak yang sangat buruk bagi pembangunan Indonesia kedepan, para pemburu bantuan pemilu nampaknya tidak begitu memusingkan hal tersebut.
Mereka hanya tidak mau melewatkan bantuan dana yang cukup mudah didapatkan waktu pemilu. Sudah menjadi rahasia umum juga bahwa sesungguhnya masih ada banyak Gereja dan hamba Tuhan yang memanfaatkan momentum pemilu ini untuk mencari dana bantuan.
Tawaran bantuan dana puluhan hingga ratusan juta rupiah dari caleg atau capres, tentu menjadi tawaran yang sangat menggiurkan. Dana yang cukup besar tersebut dapat dimanfaatkan untuk pengembangan Gereja, terutama bagi Gereja yang mempunyai dana terbatas.
Fakta ini tentu menimbulkan keprihatinan yang sangat dalam. Gereja yang seharusnya dapat bersuara banyak ditengah perang ideologi yang sedang terjadi, malah memilih fokus untuk mendapatkan bantuan dana bagi pembangunan Gerejanya.
Yang menjadi pertanyaan kemudian, jika Gereja sudah mendapat bantuan dari salah seorang caleg atau capres, apakah Gereja tersebut tetap dapat bersikap independen?
Yang ada, Gereja pasti akan mendukung dan mengajak jemaat untuk memberikan dukungan terhadap penyumbang dana. Jika sudah seperti itu Gereja tentu sulit melihat fenomena politik yang sedang terjadi dengan pikiran dan hati yang lebih jernih.
Gereja dan jemaat sebaiknya berani mengungkap praktek-praktek jual beli politik yang terjadi disekitar mereka. Gereja harus bangkit dan kembali pada fungsi dan peran yang tepat dalam politik.
Ditengah situasi yang cukup genting ini, Gereja Tuhan harusnya sibuk berdoa untuk memilih pemimpin yang tepat, bukannya malah sibuk mencari dana dari para caleg atau capres.
Gereja juga harus berhati-hati dengan tawaran bantuan dana yang disodorkan oleh caleg atau capres waktu pemilu. Gereja tidak dapat memilih pemimpin dari siapa yang paling banyak memberi uang terhadap Gereja.
Gereja harus dapat menjalankan peran seperti nabi Samuel waktu memilih dan mengurapi pemimpin Israel. Gereja harus dapat melihat siapakah pemimpin yang paling berkenan di hati Tuhan.
Penulis : Gilrandi ADP