Memuridkan Bangsa: Transformasi Peradaban Melalui Nilai-nilai Kerajaan
BeritaMujizat.com – Teologi – Bayangkan, di suatu sore di Yerusalem, Yesus memberikan amanat agung kepada para murid-Nya, “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku…” (Matius 28:19-20). Perintah ini membawa implikasi mendalam yang melampaui sekadar pertobatan individual – ini adalah mandat transformasi peradaban yang dimulai dari cara berpikir hingga terwujud dalam tindakan kolektif yang menghadirkan nilai-nilai Kerajaan Allah di ruang publik.
“Sebab sama seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.” (Yesaya 55:9).
Ayat ini menegaskan bahwa nilai-nilai Kerajaan Allah membawa standar yang melampaui kebijaksanaan duniawi. Abraham Kuyper, teolog dan mantan Perdana Menteri Belanda, memperkuat hal ini dengan pernyataannya yang terkenal, “Tidak ada satu inci pun dalam seluruh cakupan kehidupan manusia yang tidak diserukan Kristus, yang berdaulat atas segalanya, ‘Ini milik-Ku!'” Pernyataan ini menegaskan bahwa nilai-nilai Kerajaan Allah harus meresapi seluruh aspek kehidupan publik.
Ketika sekelompok orang Kristen secara konsisten menghadirkan nilai-nilai Kerajaan dalam ruang publik, mereka menciptakan gelombang perubahan yang mempengaruhi cara masyarakat berpikir dan bertindak. Charles Taylor, dalam bukunya “A Secular Age”, menjelaskan bagaimana nilai-nilai transenden yang dihidupi secara kolektif mampu membentuk “social imaginary” – cara masyarakat membayangkan dan menstrukturkan kehidupan sosial mereka. Transformasi ini dimulai dari level mikro dalam interaksi sehari-hari hingga level makro dalam kebijakan publik.
“Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu” (Roma 12:2).
Pembaruan budi yang Paulus bicarakan tidak terbatas pada spiritualitas pribadi. Jonathan Haidt dalam “The Righteous Mind” menunjukkan bagaimana nilai-nilai moral yang berakar pada keyakinan religius memiliki kekuatan untuk membentuk perilaku sosial kolektif.
Ketika nilai-nilai Kerajaan Allah – keadilan, belas kasihan, kebenaran – dihidupi dan dipraktikkan dalam ruang publik, hal ini menciptakan preseden dan standar baru dalam masyarakat.
TEOLOGI MENGUBAH PERILAKU, AKHIRNYA PERILAKU KOLEKTIF MEMBANGUN PERADABAN
“Carilah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu.” (Yeremia 29:7).
Mandat ini menegaskan bahwa orang percaya dipanggil untuk menjadi berkat dalam ruang publik. Dietrich Bonhoeffer menekankan bahwa iman Kristen harus diwujudkan dalam keterlibatan aktif dengan dunia. Dalam konteks demokrasi modern, ini berarti membawa nilai-nilai Kerajaan ke dalam setiap ruang – baik itu dalam pengambilan kebijakan, struktur organisasi, sistem pendidikan, maupun praktik bisnis.
Nicholas Wolterstorff menyatakan bahwa demokrasi liberal sebenarnya memiliki akar dalam pemikiran Kristen tentang martabat manusia dan keadilan. Ini membuka peluang strategis bagi orang percaya untuk membawa transformasi melalui jalur-jalur demokratis. Seperti Daniel yang mempengaruhi kerajaan Babel melalui kepemimpinannya yang bijaksana, orang Kristen hari ini dapat membawa pengaruh transformatif melalui keterlibatan aktif dalam berbagai sektor publik.
Leslie Newbigin memperkuat hal ini dengan konsepnya tentang gereja sebagai “hermeneutik Injil” – penafsir dan penerjemah kebenaran Allah dalam konteks budaya. Ketika orang percaya secara konsisten menghadirkan nilai-nilai Kerajaan dalam ruang publik – integritas dalam bisnis, keadilan dalam pemerintahan, kasih dalam pelayanan sosial – mereka menciptakan narasi alternatif yang menantang status quo dan membentuk ulang standar moral masyarakat.
“Kerajaan ini… akan mengakhiri segala kerajaan itu dan akan tetap untuk selama-lamanya” (Daniel 2:44). Seperti ragi yang mengubah seluruh adonan (Matius 13:33), nilai-nilai Kerajaan yang dihidupi secara konsisten dalam ruang publik memiliki kekuatan transformatif yang luar biasa. Dimulai dari transformasi cara berpikir individual, berkembang menjadi perubahan perilaku kolektif, dan akhirnya membentuk struktur peradaban yang mencerminkan kebenaran dan keadilan Kerajaan Allah.
Inilah esensi dari memuridkan bangsa – sebuah proses transformasi peradaban yang dimulai dari menghadirkan dan menghidupi nilai-nilai Kerajaan Allah secara konsisten dalam setiap ruang publik. Ketika hal ini dilakukan dengan setia dan konsisten, kita akan melihat perubahan sistemik dalam masyarakat yang mencerminkan kemuliaan Kerajaan Allah.
#PerenunganTeologi
#DailyTheologicalThought
Oleh : Pdt. Dr. Hanny Setiawan, MBA