Studi PentakostaTeologi

Membangun Tubuh Kristus Melalui Persekutuan


koinonia2

BeritaMujizat.com – Karismatik Reformasi – Persekutuan atau fellowship atau dalam bahasa Yunani adalah Koinonia seringkali hanya diangkat acara kelas dua dalam kekristenan. Pendalaman Alkitab, penyembahan, dan penginjilan menjadi program-program yang dianggap lebih rohani. Sedangkan persekutuan sering hanya diperlakukan sebagai icebreaker. Pemikiran koinonia (baca: persekutuan) sebagai program kelas dua harus ditinggalkan, dan kita mulai melihat koinonia justru sebagai sebuah blueprint Ilahi yang justru menjadi kerangka berfikir teologi yang lain.

Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamupun beroleh persekutuan (koinonia) dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus. (I yoh 1:3)

Surat 1 Yohanes ditulis  Rasul Yohanes, satu-satunya murid Yesus yang tidak martir, di masa tuanya ketika ada ditengah jemaat Efesus, Dia mengingat kembali masa-masa bersama Yesus. “Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup–itulah yang kami tuliskan kepada kamu.“, kata sang Rasul Tua. Sebuah divine encounter dengan Firman Hidup yang tidak terlupakan, dan diwariskan kepada kita melalui tulisan profetis. Betapa berharganya!

Sebagai satu dari tiga murid utama bersama Petrus dan Yakobus, Yohanes disebutkan yang paling dekat dengan Sang Guru. Dari 5 kitab yang Dia tulis dalam Perjanjian Baru (Injil Yohanes, 3 Surat Yohanes, dan Wahyu) terlihat bagaimana Yohanes memiliki kedalam, dan perspektif keintiman yang tajam.  Dan sangat menarik di I Yoh 1:3, Yohanes menyebutkan kerinduannya yang paling dalam adalah supaya anak-anak rohaninya mengerti dan mengalami Koinonia.

Persekutuan antar  jemaat juga disebutkan sejajar dan selaras dengan persekutuan dengan Bapa, dan anakNya Yesus Kristus. Sebuah pengertian yang harus dilihat lebih dalam. Persekutuan dalam budaya Kerajaan ternyata sangat berbeda dengan persekutuan yang kita bayangkan selama ini. Misalnya, dengan arisan, joging bersama, atau bahkan dengan “nge-mall bersama”.  Koinonia memiliki arti yang lebih dalam, intim, dan sakral.

Yohanes 15:5 memberikan pengertian yang sama dengan I Yoh 1:3.  Ayat itu mengatakan, “Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Setiap orang yang tinggal di dalam Aku, dan Aku di dalam dia, ia akan berbuah banyak karena terpisah dari-Ku, kamu tidak dapat berbuat apa-apa.”  Analogi yang dipilih antara pokok anggur dan ranting-ranting memperlihatkan bahwa kita semua adalah satu pohon yang sama didalam Kristus. Satu didalam Kristus inilah yang menjadi tema utama pesan Paulus kepada jemaat Efesus untuk menerangkan arti gereja.

Sebab Ia telah menyatakan rahasia kehendak-Nya kepada kita, sesuai dengan rencana kerelaan-Nya, yaitu rencana kerelaan yang dari semula telah ditetapkan-Nya di dalam Kristus sebagai persiapan kegenapan waktu untuk mempersatukan di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu, baik yang di sorga maupun yang di bumi. (Ef 1:9-10)

Rupa-rupanya yang dimaksud Yohanes dengan koinonia adalah sebuah covenant relationship (hubungan perjanjanjian) didalam Kristus sebagai tubuh kristus.  Gereja yang benar harus beroperasi sebagai satu kesatuan yang organik. Ketergantungan satu dengan yang lain (interdepensi) menjadi sebuah ciri persekutuan Ilahi. Semakin kita independen dan mandiri, justru semakin jauh dari membangun Tubuh Kristus.  Sebaliknya, semakin kita bersekutu satu dengan yang lain dalam Kristus, rasa ketergantungan itu semakin besar.

Tidak heran dalam surat 1 Yohanes pewahyuan yang disampaikan banyak tentang bagaimana membangun koinonia sejati.  Pentingnya pengakuan dosa (I Yoh 1:9), kita wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara kita (I Yoh 3:16), pentingnya mengasihi seperti Allah mengasihi (I Yoh 4:7-8), bahkan memperlihatkan dengan ekplisit hubungan trinitas Bapa, Anak, dan Roh Kudus sebagai sebuah contoh koinonia yang sempurna (I Yoh 5:7-8).  Dalam pemikiran Yohanes, koinonia adalah jalan untuk membangun tubuh Kristus.

Yohanes juga mengingatkan kita semua untuk tidak hanya membangun pelayanan, gereja, bisnis, atau  karir, tapi kita bersama-sama dipanggil untuk bersekutu dan membangun Tubuh Kristus.  Dalam Yesus kita bersaudara!

 

Penulis  : Hanny Setiawan
Sumber : IKRI

 

Comments

Hanny Setiawan

Seorang biasa dari keluarga biasa yang dipanggil oleh Tuhan yang luar biasa untuk membangun Indonesia Baru. Indonesia baru yang akan membawa kembali api pergerakan dari Timur sampai Yerusalem melalui Asia Tenggara, India, sampai Timur Tengah. #destiny

Related Articles

Back to top button