Makna-Fakta dan Sudut Pandang: Gen Z Kristen Harus Waras Hadapi Pemilu 2024
BeritaMujizat.com – BMNews – Pemilu terbesar dalam sejarah demokrasi Indonesia kian mendekat. Pemilu 2024 dipercaya akan menentukan nasib bangsa ini ke depan.
KPU RI merilis jumlah peserta Pemilu 2024 didominasi milenial (33,60%) dan Gen Z (22,85%) membawahi generasi X (28,07%) hingga pre-boomer (1,74%). Artinya kedua generasi ini mendominasi 56,45%.
Milenial dan Gen Z disebut akan menjadi penentu kemenangan para calon pemimpin bangsa yang akan bertarung di Pemilu 2024.
Terutama Gen Z yang dinilai menjadi incaran tokoh politik dan parpol (partai politik) untuk memenangkan mereka di Pemilu. Hal tersebut lantaran Gen Z mudah dipengaruhi dengan hal-hal yang bersifat enak dipandang bukan karena track record.
Sebuah penelitian mengatakan, Gen Z cenderung pragmatis dan mempertimbangkan aspek finansial dalam memilih calon pemimpin ketimbang idealisme dan historis.
Nonton Live Streaming Makna Fakta dan Sudut Pandang: Politik dan Demokrasi Indonesia, Apa Kata Gen Z
Apalagi Gen Z hidup di era serba internet dan berkembang pola pikirnya lewat ekosistem media sosial yang bisa memberi informasi benar maupun sesat.
Ini tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi Gen Z untuk menentukan pilihan, apalagi Gen Z pemilih pemula.
Lalu Bagaimanakah Gen Z Kristen Mengambil Posisi?
Dalam program Makna Fakta dan Sudut Pandang yang ditayangkan di BMTV, Kamis, 31 Agustus 2023 malam, banyak pandangan positif yang disampaikan guna membuka mata dan pikiran umat Kristen terutama Gen Z untuk tampil beda dalam menghadapi demokrasi dan politik masa kini.
Pengamat Politik, Gilrandi ADP mengatakan, Indonesia sebagai negara demokrasi yang berPancasila adalah anugerah Tuhan yang tak boleh disalahgunakan.
Untuk itu kata Gilrandi, semua warga negara harus bergembira dalam berdemokrasi dan menentukan pilihan politik, terutama Gen Z yang mungkin saja minim wawasan soal demokrasi dan politik.
Sebab menurut Gilrandi, jika salah menggunakan hak warga negara sebagai pemegang kekuasaan tertinggi, maka siap-siap menanggung resiko ‘buruk’ di 5-10 tahun mendatang bahkan seterusnya.
Untuk itu kata Gilrandi, bukan hanya Gen Z tapi umat Kristen pada umumnya harus waras melihat situasi politik dan demokrasi di bangsa ini.
“Gen Z, terutama yang Kristen harus lebih banyak belajar soal demokrasi dan politik, tak hanya lewat media atau hal-hal yang bersifat infoteimen, tapi juga lewat buku-buku, hingga diskusi-diskusi politik yang bisa menjernihkan,” ucap Gilrandi.
Sehingga pengertian yang benar dan hikmat Tuhan mampu memilah mana malaikat, mana setan dalam dunia politik yang abu-abu.
Sementara itu, Sekretaris Umum Forum Nasionalisme Kristen (FORNAK), Priambodo Adi mengingatkan bahwa posisi Gen Z Kristen dalam demokrasi Indonesia adalah sebagai garam dan terang.
“Jadi tak boleh mudah ditunggangi dengan kepentingan politik, harusnya kritis dengan pengertian yang diberikan Tuhan, bukan sekedar euforia,” ucap Priambodo.
Priambodo juga mengingatkan tentang ekosistem media sosial yang kerap kali menampilkan narasi-narasi atau konten sesat yang bisa mempengaruhi Gen Z dalam menentukan pilihan.
“Jadi Gen Z Kristen tak boleh ikut-ikutan sesat. Harus memilih pemimpin yang punya track record benar bukan sekadar eksis di media sosial. Harus bisa dibedakan,” imbuhnya.
Hal itu juga diakui Perwakilan Gen Z, Bram Wibosono bahwa generasinya kerap terlena dengan cuplikan-cuplikan media sosial yang kerap disalahpresepsikan.
“Misalnya hutang Indonesia, banyak yang komen pas liat di medsos, tapi gak ngerti apa fungsi dari hutang-hutang itu misalnya,” ucap Bram.
Menurut Bram, generasinya sebenarnya bukan apatis terhadap politik, hanya saja mereka tidak punya wawasan mendalam lantaran kurangnya edukasi-edukasi politik.
Di akhir diskusi Bram mengajak generasinya untuk peka terhadap demokrasi dan politik, memahami dengan pengertian yang benar supaya tidak menjadi generasi yang apatis terhadap politik dan bisa memilih pemimpin yang benar.