Kasus Ahok Menujukkan Realitas Wajah Demokrasi Indonesia
BeritaMujizat.com – Editorial – Kasus penistaan agama Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok sudah diproses kepolisian, bahkan berkas sudah dinyataan komplit (P21) oleh kejaksaan. Jadi, sudah pasti Ahok akan diadili di pengadilan. Itulah jalur hukum yang Ahok harus lewati.
Pengadilan yang akan digelar secara terbuka bukan hanya akan menaikkan “rating” media yang meliput, tapi pengadilan Ahok akan menjadi suatu pembelajaran demokrasi yang sangat mahal. Apakah Ahok akan mendapat keadilan hukum, atau politisasi hukum akan membuat Ahok terkriminalisasi adalah sebuah akhir yang bukan hanya Jakarta, tapi Indonesia bahkan dunia nantikan.
Terlepas dari nasib akhir Ahok secara pribadi, kasus Ahok ini telah menjadi catatan sejarah Indonesia. Hal ini disebabkan kasus ini meskipun berbau pragmatis Pilkada DKI 2017, tapi jelas mengandung muatan ideologis yang harus diselesaikan.
Pancasila sebagai ideologi negara ternyata masih terus diganggu eksistensinya, minimal Pancasila berusaha dikerdilkan menjadi “hanya” sebuah slogan, bukan falfasah hidup bernegara.
Tanpa Pancasila, tidak ada Bhinneka Tunggal Ika.
Tanpa Bhinneka Tunggal Ika, tidak ada NKRI.
Tanpa NKRI, UUD menjadi fondasi tanpa bangunan.
Setelah 70 tahun Indonesia Merdeka, seharusnya persoalan ideologis tidak lagi dibawa kepermukaan, tapi realitas pahitnya, bahaya laten ideologi agama masih menjadi lubang demokrasi yang kerap dipolitisasi.
Bahkan ideologi komunis berusaha dihidupkan kembali supaya ideologi agama bisa mencitrakan diri sebagai penolong Pancasila yang mungkin sudah dianggap tidak sakti.
Dimunculkannya kembali dua ideologi lawan Pancasila tersebut ternyata dimainkan oleh para politisi oportunis yang hanya peduli dengan kekuasaan. Ditangkapnya 10 penggerak makar oleh Kepolisian Jumat dini hari (2/12) bukan hanya membuktikan para oportunis ini tidak main-main, tapi juga menyisakan satu pertanyaan besar, siapa dalang besarnya?
***
Semua kebusukan dalam tubuh NKRI ini muncul kepermukaan setelah kasus Ahok tentang penistaan agama muncul. Demokrasi adalah sistem terbuka yang mampu memperlihatkan keadaan sosial suatu komunitas for good or bad.
Lalu bagaimana wajah demokrasi Indonesia?
Not that bad. Meskipun terlihat pelaku-pelaku lama yang sudah begitu mapan dengan sistem yang koruptif masih begitu berkuasa, tapi kekuatan positif rakyat masih lebih kuat dan mayoritas.
Bahaya laten yang murni ideologis sebenarnya masih minioritas, tapi sangat militan. Para oportunis koruptif inilah yang sebenarnya sangat berbahaya, karena demi kepentingan diri sendiri mereka bisa dengan sengaja “membuka kotak pandora”.
Indonesia sudah bertambah dewasa dalam demokrasi, untuk mengatakan Indonesia terancam dari perpecahan itu hanyalah propaganda murahan. Yang ada hanyalah, hantu-hantu gentayangan yang susah makan karena asupan kemenyan yang mulai terputus-putus.
Penulis : Hanny Setiawan