Pendidikan

Ini Waktunya Transformasi Pendidikan!!


BeritaMujizat.com – Pendidikan – Ini waktunya keluar dari sistem pendidikan yang bobrok dan jahat yang selama ini bertahun-tahun membuat generasi bangsa ini tidak mengerti jatidiri dan kodratnya. Selama bertahun-tahun sekolah menjadi kuburan bagi keunikan dan kreatifitas 4yang sesungguhnya anugerah Tuhan atas umat manusia.

Ketakutan dan keterpaksaan menjadi ruh yang selama ini melekat dalam diri pembelajar. Banyak anak lalu berhenti menemukan cara belajar yang berbeda untuk mengoptimalkan potensi dan keunikan yang dimiliki.

Padahal dunia kerja saat ini sangat membutuhkan kreativitas dan keunikan. Nilai ijazah justru menjadi bahan tertawaan dan tidak lebih dari pelengkap syarat saja. Kenalakan remaja kemudian menjadi pelarian dari segala kejengahan dan rasa frustasi yang mendalam terhadap belajar.

Mamon ( cinta uang) yang telah menodai pendidikan membuat banyak pendidik hanya fokus gaji dan sertifikasi. Mereka lupa bahwa pengabdian mendidik calon penerus perdaban bangsa adalah hal yang sangat berharga yang sesungguhnya tidak cukup ditebus dengan darah dan nyawa.

Akibat mamon, pendidikan bermutu seakan hanya milik yang berduit saja. Yang tidak punya uang lebih seakan terpaksa menerima layanan yang apa adanya. Padahal pendidikan bermutu adalah hak setiap anak bangsa. Perintah ini tidak tertuang dalam mading sekolah yang dianggap lalu orang melainkan dasar negara yaitu UUD 45.

Budaya korup dan sistem yang bersahabat dengan koruptor, menjadi lingkaran setan yang membuat semua orang mau tidak mau ikut harus melestarikan budaya korupsi dalam pendidikan. Masih banyak kebusukan yang dengan kasat mata kita dapat lihat.

Meskipun begitu kita belum cukup berani menyadari dan berusaha keluar dari sistem ini. Selama ini kita hanya bisa mengumpat dan mengeluh akan tetapi kita tidak mau lepas atau mengubah sistem ini.

Ditengah ketidakmampuan kita untuk melawan dan mengubah sistem pendidikan yang bobrok dan jahat ini, Tuhan melakukan sedikit intervensi agar kita dapat melakukan transformasi pendidikan dan perlahan keluar dari sistem yang telah berakar puluhan tahun ini.

Melalui virus Covid-19 dan goncangan yang diakibatnya, sistem pendidikan terpaksa harus direset kembali. Ujian nasional dan filosofi pendidikan berbasis nilai ujian harus ditinggalkan lebih cepat dari rencana yang ditetapkan. Ujian tiga hari yang mengerikan tidak lagi perlu dialami pembelajar. Dengan tidak adanya ujian nasional, karakter dan kreativitas menjadi penilaian utama.

Dengan dihapusnya UN, frustasi dan belajar dengan keterpaksaan juga harus ditinggalkan. Tidak ada lagi yang harus ditakuti dalam belajar. Belajar yang menyenangkan akan mulai diterapkan, meskipun masih sampai tahap jargon. Minimal perubahan atau transformasi belajar yang menyenangkan akan mulai dijadikan arah kebijakan.

gedung-gedung megah yang selama ini menjadi barang dagangan utama terpaksa harus dikosongkan. Setiap pendidikan dan pembelajar harus mulai belajar esensi pendidikan yang sejati. Bahwa belajar bukan berarti hadir dalam gedung sekolah saja, melainkan mempelajari hal-hal yang ada disekitarnya dengan rasa ingin tau dan sukacita.

Kapitalisme pendidikan yang mengakibatkan munculnya harga pendidikan yang sangat mahal, kini mendapat perlawanan dari orang tua. Orangtua mulai berfikir untuk apa membayar pendidikan yang sangat tinggi ditengah krisis yang terjadi, sedangkan kemegahan fasilitas yang dijual tidak dapat dinikmati selama masa belajar dirumah.

Orang tua yang selama ini merasa tidak perlu belajar dan mengajar terpaksa harus menjadi guru utama anak. Para orang diajak untuk sadar bahwa mereka bukan budak uang, dan hiduo mereka bukan hanya untuk pekerjaan. Orangtua adalah guru kehidupan yang sejatinya meletakan dasar penting bagi masa depan anak.

Para pendidik yang seringkali sok antipati terhadap teknologi kini harus belajar dan melibatkan teknologi dalam pembelajaran. Guru yg sok anti dan sering mengutuki teknologi adalah momok bagi siswa kini dipaksa mulai sadar bahwa teknologi hanyalah alat yang harus dioptimalkan bagi anak. Mereka kini harus memutar otak bagaimana teknologi dapat menjadi alat bantu pendidikan yg efektif.

Teknologi juga memunculkan jenis pekerjaan baru yang lebih menyejahterakan. Dunia teknologi juga terbukti lebih stabil terhadap guncangan ekonomi. Hal ini tentu akan mengubah cara orang mencari kerja, cepat atau lambat.

Lalu Transformasi seperti apa yang dilakukan ???

1. Ajarlah anak kita mulai mengenal kehidupan yang nyata, dan ajarlah mereka melihat kehidupan tersebut dari kebenaran Tuhan sang pencipta kehidupan. Belajar bukan hanya saat anak mengerjakan tugas sekolah saja. Belajar adalah ketika kita berbincang santai dengan anak kita. Belajar juga adalah ketika anak kita mulai terlibat dalam kegiatan bersih2 dirumah. Belajar juga terjadi ketika anak belajar mengelola kebutuhan pribadi sehari-hari.

Jadi belajar bukan hanya menghapal rumus saja, melainkan ketika anak menemukan kebenaran sesuatu yang mereka pelajari terjadi nyata disekitar mereka.

Bebaskan seluruh indra merasakan dinamika alam disekitarnya dan biarkan pikiran anak2 muncul rasa ingin tau. Terangkanlah dengan sabar tentang rasa ingin tau yang mulai ditanyakan anak ketika indranya mendapat ransangan-ransangan yang muncul dari dunia disekitarnya.

Jangan takut untuk tidak bisa menjawab karena apabila kita tidak tau justu ajaklah anak belajar bersama, mencari tau bersama. Inilah kejujuran pendidikan yang selama ini hilang pada sistem pendidikan yang bobrok dan jahat. Selama ini tidak tau dianggap dosa dan hina. Semua akhirnya sok tau baik guru atau murid.

Ini proses mentransformasi kepercayaan kita terhadap apa itu belajar dan sekolah. Belajar tidak hanya berjalan dalam gedung sekolah saja. Setiap manusia dari lahir hingga meninggal adalah mahluk yang terus belajar. Pasalnya otak dan kepandaian manusia tidak mampu memahami Tuhan dan seluruh ciptaanNya. Oleh karena itu kita diberikan kemampuan belajar yang menuntun kita menemukan arti kehidupan yang menjadi misteri bagi manusia.

Untuk belajar kehidupan nyata, kita harus belajar dari sang pencipta yang menciptakan kehidupan. Kita dapat mengajak anak bercerita tentang kisah-kisah perjalanan orang beriman yang tertulis di Kitab Suci. Dengan menceritakan dan membicarakan kisah dan perjalanan orang-orang beriman yang tertulis dalam kitab suci, kita sedang belajar tentang hati dan pikiran Tuhan yang tersirat atau tersurat didalamnya.

Belajar bersama tentang Tuhan harus kita lepaskan dari roh agamawi. Jangan cuma suruh anak kita hanya rajin beribadah tanpa rasa ingin tau dan ketertarikan terhadap realita atau kebenaran tentang Tuhan.
Tidak perlu menunggu jadi ahli agama untuk belajar tentang Tuhan. Tuhan adalah maha pengasih dan penyayang. Kita hanya perlu jujur dan datang dengan hal sederhana yang kita tau tentang Tuhan.

Hati yang yang terbuka dan kejujuran bahwa kita memang tidak dapat menyelami Tuhan yang maha besar adalah kunci menghancurkan kemunafikan yang sering dipakai sebagai jubah seseorang dalam belajar tentang Tuhan. Pikiran dan hati Tuhan yang tersirat dan tersurat dalam kitab suci harus menjadi pelita anak dalam berjalan ditengah gelapnya kehidupan dunia.

2. Anak-anak harus belajar Mencipta mulai hari ini anak harus belajar mencipta. Daya kreatif harus menjadi fokus pendidikan bukan berhenti pada menghapal saja. Manusia bukan robot atau komputer yang hanya bisa menghapal dan membaca informasi. Ajak anak berkarya dengan apapun yang mereka punya, apapun yang mereka tau, dan apapun yang mereka bisa.

Biarkan mereka membuat karya sekalipun terlihat konyol. Imajinasi anak biarkanlah menyala dam terus menyala. Kita tau sekarang orang-orang yang berhasil menjadi pencipta yang berpengaruh, adalah mereka para pemimpi dan penghayal. Kita butuh pencipta-pencipta dimasa depan yang mampu menjawab tantangan perubahan jaman.

3. Memanfaatkan teknologi. Ini bukan saatnya mengenal teknologi. Generasi z dianugrahi Tuhan kempuan mengakses teknologi dengan cepat. Kita harus melompat bagaimana teknologi dapat digunakan dan dimanfaatkan secara tepat guna. Contoh bagaimana anak belajar jadi youtuber dan membuat konten daripada sekedar penikmat youtube. Kita juga bisa mengajarkan pada anak editing video sederhana melalui hp. Ajak anak untuk menyadari teknologi bukan hanya untuk hiburan melainkan untuk membangun kreativitas. Ada banyak konten, ilmu-ilmu yang dapat kita pelajarai gratis melalui teknologi. Kita bahkan dapat belajar dari ahli langsung dan dapat kita ulang-ulang setiap saat.

Berani mencoba dan terus belajar adalah kunci mengakses kemudahan kehidupan yang dibawa oleh teknologi saat ini. tutorial apapun sekarang tesedia dalam media teknologi. ini jelas anugerah Tuhan untuk membantu ketidakmampuan orangtua dalam mengajar.

4. Belajar Seni dan Musik. Menggambar, mewarnai, menari dan musik adalah media untuk mencurahkan perasaan menjadi sebuah pesan. Melului sebuah karya seni, pesan yang muncul dari hati dapat menggerakan dan bahkan mendorong sebuah perubahan.

Dalam sistem pendidikan lama, seni tak ubahnya hiburan dan kelas tambahan saja. Otak didewakan sedangkan hati tidak begitu diperhatikan. Kita melihat bagiamana sistem pendidikan yang hanya mengembangkan otak ini gagal berempati terhadap kemanusiaan dan alam.

Seni juga dapat menumbuhkan kecintaan atau kebanggaan terhadap indentitas dan jatidiri. Melalui seni, ajaran-ajaran filosofi kehidupan diajarkan dalam bentuk yang mudaj didengar dilihat.

Perdengarkanlah kembali lagu dan syair-syair indah lagu-lagu kebangsaan pada anak-anak kita. Dan nyanyikanlah nyanyian kebenaran yang menyuarakan tentang keadilan.

5.. Tulisan adalah dokumentasi yang tidak lekang termakan waktu. Tulisan juga menjadi petunjuk arah bagi manusia. Kita sudah lama menjadi bangsa yang mudah ditipu dan dibelokan, akibat kita kurang tertarik menulis dan membaca. Kebohongan yanh tertulis dan terus dibaca setiap hari akan dipercaya sebagai kebenaran pada akhirnya.

Kita dapat mengajak untuk mencintai membaca menulis melalui melalui media-media kreatif. Semisalnya ajak anak kita menulis satu, dua kalimat di FB atau media sosial lain yang mencoba merangkum apa yang dipelajari hari ini. satu kata pertama mungkin akan sulit akan tetapi kata-kata selanjutnya mulai terbiasa. Menulis melatih ketekunan dan komitmen.

Untuk anak usia dini melatih menulis dapat dimulai merekam jurnal pribadi dalam bentuk visual. Kita dapat juga menyimpan dalam media sosial. Dengan mendokumentasikan jurnal harian, anak belajar merefleksikan apa yang di hati dan otak mereka.

 

Penulis : Gilrandi ADP

Comments

Related Articles

Back to top button