Ibu Guru Agama Dokrin Benci Jokowi, Awas Kini Anak-anak Sekolah Jadi Sasaran
Beritaujizat.com – Poleksosbud – Pendidikan sejatinya berperan membangun manusia menjadi lebih baik. Apalagi pendidikan agama yang secara spesifik membahas tentang Tuhan dan nilai-nilai moral yang terkandung di dalam sebuah ajaran agama. Akan tetapi apa yang dilakukan ibu guru Nelty salah satu guru agama dari SMA 87 Jakarta berlawanan dengan nilai luhur pendidikan.
Dia menggunakan peran dan tugasnya sebagai guru agama untuk mendokrin siswa-siswi yang diajarnya untuk membenci Presiden Jokowi (Sumber). Bahkan menurut potongan percakapan orang tua murid yang memprotes ulah bu guru Nelty, diketahui ibu guru Nelty menggunakan bencana Palu untuk mendoktrik kebencian terhadap Jokowi.
Apa yang dilakukan Ibu Nelty ini menunjukan pola baru strategi politik yang berbahaya yang sedang menyasar anak-anak sekolah. Apa terungkap dari kasus indoktrinasi untuk membenci Jokowi ini semakin menguatkan kecurigaan adanya upaya sistematis dan masif melalui pendidikan untuk menanamkam ideologi atau pehaman tertentu, yang bisa jadi berbahaya untuk NKRI.
Saat ini tentu ada banyak guru seperti bu guru Nelty yang masih bebas mengajar di berbagai lembaga pendidikan baik dari tingkat desa maupun kota, dari tingkat pendidikan usia dini maupun jenjang pendidikan tinggi. Mereka sengaja mengindoktrinasi generasi pelajar yang baru belajar tentang politik melalui muatan ajaran agama atau mata pelajaran lain.
Dampak nyata dari upaya ini mungkin belum terasa menakutkan saat ini, akan tetapi lima sampai sepuluh tahun mendatang akan menjadi sangat terasa dampaknya. Mereka yang saat ini terpapar paham yang berbahaya akan muncul sebagai pemimpin politik.
Data sebenarnya telah menunjukan bahwa indoktrinasi melalui lembaga sekolah tumbuh dengan subur. Hampir 50 persen pelajar setuju mendukung tindakan berbasis radikalisme. Data juga menunjukan apabila 25 persen siswa dan 21 persen guru menyatakan bahwa Pancasila tidak lagi relevan diterapkan di Indonesia (sumber).
Lubang menganga di pendidikan terutama pendidikan agama ini harus segera ditutup. Pendidikan Kristen dalam hal ini harus pro aktif mendeteksi potensi-potensi indoktrinasi yaang terjadi di lingkungan sekolah. Segera laporkan pihak sekolah bahkan pihak Kepolisian jika melihat potensi-potensi mencurigakan dari guru.
Orang tua juga harus berperan aktif mengawasi ajaran yang diberikan guru kepada anak-anaknya. Jika mulai muncul pemikiran yang aneh dan mencurigakan dari anak setelah mengikuti pelajaran agama segera laporkan. Semua mata harus mulai turut aktif mengawasi jalannya proses pendidikan mulai dari usia dini hingga jenjang pendidikan tinggi.
Bahkan apabila diperlukan munculkan gerekan-gerakan yang melibat tokoh masyarakat, orang tua, dan tentunya pihak sekolah untuk mengantisipasi masuknya indoktrinasi yang berbahaya bagi masa depan NKRI di lembaga pendidikan resmi. Jangan sampai generasi penerus terus-terusan menjadi korban beberapa oknum yang sengaja ingin meracuni dengan ideologi tertentu.
Sudah sepatutnya saat ini ditetapkan status gawat darurat indoktrinasi melalui lembaga pendidikan resmi. Seluruh stake holder pendidikan yang berkepentingan harus segera memperbaiki sistem pendidikan agar tidak dapat dimasuki ideologi-ideologi berbahaya, yang kemudian diarahkan pada politik tertentu.
Penulis : Gilrandi ADP