Krisis Nasionalisme akibat Politisasi Agama yang semakin Masif
BeritaMujizat.com – Poleksosbud – Politisasi agama benar-benar menjadi ancaman serius bangsa ini. Akibat propaganda yang terus menurus dilakukan dengan berbagai cara, anak-anak muda mengalami krisis nasionalisme. Mereka bingung atau bahkan tidak tau sama sekali tentang pentingnya menjaga Indonesia sebagai rumah bersama, semua suku dan agama.
Fanatisme agama yang terus didengungkan membuat banyak anak muda mulai kehilangan jati diri sebagai warga Indonesia yang bhineka. Penelitian menunjukan bahwa ada satu dari 12 anak muda yang setuju mengubah dasar negara Indonesia menjadi negara berbasis agama. (Sumber)
Jumlah intoleransi dikalangan anak muda juga meningkat pesat saat ini. Mereka mulai melakukan penolakan terhadap pemimpin-pemimpin yang berbeda agama dengan mereka. Terjadi penolakan dan diskriminasi terhadap kelompok-kelompok agama lain yang dianggap menggangu.
Jumlah anak muda yang setuju mengubah Indonesia menjadi negara agama grafiknya terus naik seiring gencarnya propaganda politisasi agama. Hoaks dan pidato-pidato provokatif sengaja disebar agar anak-anak muda semakin yakin bahwa pemerintah saat ini harus direvolusi.
Meskipun beberapa berita hoaks dan pidato provokatif telah berhasil dibongkar, akan tetapi dampaknya terhadap pembentukan opini tetap besar. Lebih celakanya gerakan kerelawanan di ruang-ruang publik yang mulai ditinggalkan anak-anak muda Gereja, dimanfaatkan untuk merekrut dan mencuci otak generasi muda.
Semangat kerelawanan yang seharusnya dipupuk untuk menumbuhkan jiwa nasionalisme, malah dipakai untuk membangun paradigma tentang gagalnya kebhinekaan Indonesia. Anak-anak muda yang haus akan adanya sebuah perubahan tentu menganggap bahwa negara agama adalah satu-satunya solusi untuk memajukan Indonesia.
Mereka tidak sadar bahwa mimpi mewujudkan negara agama mengandung resiko yang besar dan sangat berbahaya. Apa yang terjadi pada “Arab Spring” menjadi buktinya bagaimana keinginan untuk mewujudkan negara agama justru malah menghacurkan negara tersebut.
Gereja diharapkan dapat berperan aktif untuk mengatasi krisis nasionalisme yang semakin parah ini. Gereja harus mulai melepas putra-putri terbaiknya untuk turut serta gerakan bela bangsa dan membangun nasionalisme, melalui berbagai bidang. Gereja juga harus lebih aktif menutup ruang-ruang kosong yang ada masyarakat.
Gereja harus sadar politisasi agama tidak hanya menjadi ancaman pada saat ini, melainkan juga akan terus muncul pada generasi yang akan datang.
Penulis : Gilrandi ADP