Hidup Dalam Mandat IlahiRenungan HarianSpiritualitas

Hidup Dalam Roh


Hari Ke-3

Hidup Dalam Roh

Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus.
Rom 8:9

Allah itu Roh (Yoh 4:24). Pernyataan dari Yesus kepada perempuan Samaria ini memberikan kepada kita sebuah petunjuk yang jelas bagaimana kita harus mulai menjadi penyembah yang benar. Penyembahan yang benar harus “dalam Roh”. Yoh 14 dan 16 memperlihatkan kepada kita bahwa Roh yang dimaksud adalah Roh Kudus, Pribadi ketiga dari Allah Trinitas.

Kain dan Habel memberikan gambaran kepada kita persembahan seperti apa yang dikehendakiNya. Persembahan Habel dikatakan membuat Tuhan senang, dan berkenan.

Habel juga mempersembahkan korban persembahan dari anak sulung kambing dombanya, yakni lemak-lemaknya; maka TUHAN mengindahkan Habel dan korban persembahannya itu, (Kej 4:4). Sementara Kain persembahannya tidak dihargai (had no regard) (Kej 4:5).

Kita bisa mengatakan bahwa persembahan Habel adalah persembahan “dalam Roh”, dan Kain dalam daging seperti apa yang hendak Paulus katakan di Roma 8.

Dalam Perjanjian Baru, empat kali nama Habel disebut yaitu di Mat 23:35, Luk 11:51, Ibr 11:4, dan Ibr 12:24. Dari sini kita melihat ada tiga hal tentang “darah Habel”. Yang pertama, darah Habel merujuk kepada darah martir (Mat 23:35, Luk 11:51). Seorang martir adalah adalah seorang yang mati karena mempertahankan apa yang dipercaya, karena dia telah menjadi saksi (martus, μάρτυς). Kematian atas daging adalah titik awal perjalanan seorang penyembah sejati.

Yang kedua, disebutkan secara eksplisit dalam Ibr 11:4 bahwa “Karena iman Habel telah mempersembahkan kepada Allah korban yang lebih baik dari pada korban Kain. Dengan jalan itu ia memperoleh kesaksian kepadanya, bahwa ia benar, karena Allah berkenan akan persembahannya itu dan karena iman ia masih berbicara, sesudah ia mati.”

Iman sendiri dalam konteks Ibrani 11 didefinisikan sebagai “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat” (Ibr 11:1). Yang diharapkan dan yang tidak kita lihat adalah dua hal yang tidak material (fisik, bisa dilihat, diraba). Iman adalah kacamata untuk melihat yang tidak terlihat. Penyembahan yang benar harus dimulai dari iman bahwa yang tidak terlihat itu ada, bahkan yang tidak terlihat itu membuat yang terlihat (Ibr 11:3).

Yang ketiga, Ibr 12:4 menuliskan, “dan kepada Yesus, Pengantara perjanjian baru, dan kepada darah pemercikan, yang berbicara lebih kuat dari pada darah Habel.” Artinya, darah Habel membawa perjanjian (kovenan) sebelum darah Yesus menyempurnakan perjanjian itu.

Kovenan adalah titik awal dari perjalanan seorang penyembah. Kovenan dengan Tuhan, dengan keluargaNya, dan mandatNya. Dan kovenan selalu ditandai dengan korban sebagai materai. Istilah persembahan dan penyembahan adalah dua istilah yang mengandung kata “sembah”. Penyembahan sejati menyertakan persembahan, persembahan adalah tindakan penyembahan. Semua dilakukan karena kovenan.

Hidup dalam Roh adalah sebuah proses kehidupan yang selalu mati dengan keinginan diri sendiri (ego), dan tetap berjalan dalam percaya kepada perjanjian kekalNya, meskipun dalam ketidatahuan dan tidak mengerti.

Roh Kudus sebagai penolong Dia akan mengajarkan segala sesuatu (Yoh 16:13). Mendengar Roh Kudus dan mentaatiNya adalah satu-satunya untuk kita bisa hidup “dalam Roh” Itulah yang disebut dipimpin Roh (Rom 8:14).

Pemahaman Alkitab:

Kata שָׁעָה (H8159, shâ‛âh) adalah kata yang digunakan untuk mengindahkan (Kej 4:4), senang, berkenan, atau regard (menghargai). Dalam kata shaah ini mengandung arti belaskasihan, dan melihat dengan takjub. Dalam konteks tertentu, kata ini juga bisa mewakili sukacita. Hal ini terlihat dari perkataan Daud dalam Mazmur. Sokonglah aku, supaya aku selamat; aku hendak bersukacita dalam ketetapan-ketetapan-Mu senantiasa. (Maz 119:117). Daud begitu menghargai ketetapan Tuhan, seperti Tuhan menghargai korban Habel sehingga ketetapanNya bukan lagi beban, tapi sebuah sukacita. Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita menuruti perintah-perintah-Nya. Perintah-perintah-Nya itu tidak berat (I Yoh 5:3)

Penyembahan bukan beban, tapi sebuah kerinduan karena menghargai yang disembah.

Mulai tanggal 29 Juli – September 18 2020, selama 52 hari seperti Nehemia membangun tembok selama 52 hari (Neh 6:15-16), kita akan memasuki seri ke-2 dari Hidup Dalam Mandat Ilahi, yaitu Menjadi Penyembah (Becoming Worshipper).

Hanny Setiawan

Comments

Related Articles

Back to top button