Gejolak Politik dan Sosial Berkepanjangan di Kantong-Kantong Kristen
BeritaMujizat.com – Poleksosbud – Gejolak politik dan sosial yang berkepanjangan di kantong-kantong Kristen, terutama wilayah timur Indonesia harus mendapatkan perhatian khusus. Gejolak politik dan sosial di kantong-kantong Kristen merupakan sebuah ancaman nyata bagi kesatuan NKRI.
Wilayah di kantong-kantong Kristen saat ini sangatlah rentan terhadap konflik horisontal bahkan hingga separatisme. Konflik yang terjadi di Ambon, Poso, dan saat ini yang terjadi di Papua menunjukan bagaimana rentannya kantong-kantong Kristen.
Kita tentu masih ingat bagaimana permasalahan pribadi dapat memicu konflik besar di Ambon beberapa waktu yang lalu. Konflik yang terjadi di Ambon bahkan menggerakan kelompok-kelompok dari luar Ambon bahkan hingga organisasi internasional.
Meskipun telah terjadi perdamaian di Ambon, benih-benih konflik SARA di Ambon masih sangat rentan untuk meletus kembali. Ada faktor internal sekaligus eksternal yang menyebabkan kantong-kantong Kristen sangat rentan terhadap konflik.
Upaya Mengubah Indonesia Menjadi Negara Agama
Faktor internal yang menjadi penyebab utama adalah upaya mengubah negara Indonesia menjadi negara Islam. Upaya mengubah negara Indonesia menjadi negara agama memunculkan tekanan bahkan persekusi terhadap umat Kristen.
Selain itu upaya penyebaran agama yang dilakukan secara masif di kantong-kantong Kristen juga menjadi faktor yang memicu konflik horisontal di kantong-kantong Kristen.
Dilihat dari segi sejarah, impian membangun Indonesia sebagai negara agama terhalang dengan masuknya wilayah kantong-kantong Kristen sebagai bagian dari Indonesia. Pengubahan sila pertama Pancasila yang menjadi dasar Indonesia menjadi sejarah penting yang menjadikan Indonesia negara nasionalis.
Pecah dan bahkan lepasnya wilayah-wilayah kantong Kristen tentu semakin memperkuat posisi untuk mengubah negara Indonesia menjadi negara agama. Sentimen terhadap Islam atas upaya dari beberapa kelompok Islam dalam mengubah negara Indonesia dipakai sebagai framing untuk membenarkan kelompok-kelompok pro separatis.
Selain faktor internal, pengaruh eksternal sebagai bentuk geopolitik juga menjadikan kantong-kantong Kristen menjadi sangat rawan. Kedekatan Gereja terhadap organisasi atau kelompok globalis yang anti nasionalisme juga semakin memperumit gejolak politik dan sosial di kantong-kantong Kristen.
Hadirnya kelompok-kelompok kepentingan asing di kantong-kantong Kristen juga berkaitan dengan potensi dan sumber daya alam. Beberapa wilayah kantong-kantong Kristen mempunyai potensi sumber daya yang sangat melimpah.
Tantangan Membangun Kantong-Kantong Kristen
Gejolak politik dan sosial di kantong-kantong Kristen yang sangat kompleks dan rawan membutuhkan peran aktif Gereja. Pembangunan kantong-kantong Kristen tidak dapat hanya menunggu atau sekedar menyalahkan pemerintah.
Tantangan pembangunan kantong-kantong Kristen harus dimulai dan diinisiasi oleh Gereja. Dalam hal ini Gereja memberikan perspektif baru dalam melihat permasalahan di kantong-kantong Kristen.
Selama ini permasalahan di wilayah kantong-kantong Kristen selalu diidentikan dengan masalah ketertinggalan ekonomi dan pendidikan. Memang terdapat kesenjangan ekonomi dan pendidikan dibanding wilayah Indonesia lain seperti di Jawa.
Akan tetapi tantangan terbesar membangun kantong-kantong Kristen adalah melepaskan dari stigma minoritas dan tertindas. Dalam Kekristenan stigma merasa minoritas dan tertindas ini merupakan manisfestasi dari roh yatim.
Masyarakat di kantong-kantong Kristen harus sadar bahwa mereka adalah bagian penting dari peradaban Indonesia. Mengambil bagian membangun Indonesia melalui perspektif Kekristenan adalah anugerah yang luar biasa.
Dengan kata lain, Indonesia tidak akan menjadi peradaban maju tanpa sumbangsi dari masyarakat yang ada di kantong-kantong Kristen. Gereja mempunyai panggilan dan posisi yang sangat penting dalam upaya membangun Indonesia melalui perspektif Kekristenan.
Wilayah kantong-kantong Kristen memang perlu dibangun, akan tetapi kemunculan Gereja atau tokoh yang membawa suara dari kantong-kantong Kristen justru lebih dibutuhkah.
Penulis : Gilrandi ADP