Dilarang Ibadah Berulang Kali, Pendeta di Medan Tak Gentar, Minta Gereja Bersatu Lawan Intoleransi
BeritaMujizat.com – BMNews – Meskipun berkali-kali telah ditegaskan Presiden Jokowi soal adanya larangan beribadah hingga mendirikan tempat ibadah bagi agama tertentu, namun kejadian intoleransi masih saja menghantui kalangan minoritas di negeri ini.
Pada saat Rapat Kerja Nasional Kepala Daerah 2023 di Sentul baru-baru ini, Jokowi mengkritik pelarangan pembangunan rumah ibadah di sejumlah daerah dan mengimbau ke para kepala daerah untuk tidak mempersulit pembangunan rumah ibadah warga.
Baca Juga : PGI Apresiasi Komitmen Jokowi Hapus Larangan Pendirian Rumah Ibadah
Namun hingga kini, aksi intoleransi masih terjadi dimana-mana kepada minoritas. Terbaru, publik dihebohkan aksi pembubaran terhadap ibadah jemaat Gereja Kristen Kemah Daud di Lampung.
Tidak hanya di Lampung, aksi intoleransi yang sama terjadi di Kecamatan Medan Marelan, Medan, Sumatera Utara.
Baca Juga : Ketua RT di Lampung Lompat Pagar, Naiki Mimbar Bubarkan Ibadah, PGI: Wibawa Negara Pudar
Diungkapkan Pdt. Octavianus Nathanael, salah satu gembala (pimpinan jemaat) Gereja Elim Kristen Indonesia (GEKI) di Kecamatan Medan Marelan, gerejanya juga mengalami intoleransi.
Hanya menyewa tempat untuk beribadah, pihaknya ditolak berkali-kali bahkan disurati langsung oleh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kota Medan dalam hal ini pihak kecamatan dan kelurahan.
“Padahal itu juga mau disewa untuk tempat STT (Sekolah Tinggi Thelogi) kami, tapi tetap juga ditolak,” ungkap Pdt. Octav.
Tidak hanya OPD, pihaknya juga selalu diteror dan didatangi kelompok warga lingkungan dengan membawa spanduk-spanduk penolakan bertuliskan larangan beribadah.
Kelompok atau aliansi warga itu juga sempat mengirimi surat resmi untuk audit investigasi kepada jemaat.
“Meskipun diteror berkali-kali kami tidak berhenti untuk ibadah dan menyebarkan kabar Kerajaan Allah kepada orang-orang,” ujarnya.
Tidak gentar terhadap penolakan, Pdt Octav bersama jemaatnya pun beribadah di tempat-tempat umum, termasuk pernah di halaman kantor Wali kota Medan belum lama ini. Momen tersebut juga dibagikan di Instagram miliknya.
Dia juga mengaku sering diminta untuk direlokasi, namun menolak dengan lantang. “Kalau kami pilih direlokasi, artinya kami kalah terhadap intoleransi,” tegasnya.
Dia pun meminta gereja-gereja Tuhan untuk tidak tinggal diam terhadap toleransi.
“Banyak gereja memilih diam, tidak peka terhadap masalah gereja lain, padahal kita semua adalah satu Tubuh Kristus. Jadi harus bersatu untuk lawan intoleransi. Supaya tidak terjadi terus-menerus di bangsa ini,” ucapnya.
Pdt Octav berharap, pemerintah juga tidak tinggal diam terhadap hal ini.
“Harus beri efek jerah kepada orang-orang intoleransi,” paparnya.