Bagi-bagi Sembako Maut, Politik Bergejolak, Gereja Kena Batunya
BeritaMujizat. – Poleksosbud – Apa yang ditakutkan dan dikhawatirkan banyak pihak tentang bahaya mengadakan acara keagamaan yang melibatkan kerumunan massa di Monas kini benar-benar terjadi. Sembako maut yang niatnya untuk membantu warga, justru menjadi malapetaka dengan meninggalnya dua bocah yang terhimpit kerumunan massa.
Tanpa menunggu lama, sembako maut ini langsung digoreng menjadi isu politik untuk menjatuhkan Jokowi. Mereka menuduh bapak Presiden terlibat dan mempunyai kepentingan politik pada acara ini. Mereka juga menuduh bahwa acara ini dilakukan para relawan Jokowi.
Padahal sebelum acara ini berlangsung, pihak-pihak yang mengkritisi dan menentang acara ini diteriaki sebagai simpatisan gila Jokowi bahkan Ahok yang tidak bisa move on. Anehnya lagi pihak Pemprov DKI justru berlagak tidak tau dan terkesan cuci tangan dengan acara ini.
Pak Wagub Sandiaga Uno terus berkilah bahwa pihak Pemprov DKI merasa kecolongan dengan adanya acara ini. Nyatanya pihak penyelenggara telah bertemu dengan beliau, bahkan sempat terdapat stiker Pemprov dalam bantuan yang diberikan oleh panitia acara bagi-bagi sembako.
Sikap ini jelas berbeda dengan sikap Pemprov DKI terhadap paskah Monas yang diadakan pendeta Gilbert. Bapak Anies Baswedan selaku Gubernur DKI terus memotivasi para Gereja untuk mengadakan acara keagamaan besar di Monas dengan dalih membuka pintu toleransi.
Jelas sekali ada upaya tarik urur Gereja terhadap kepentingan politik tertentu. Gereja dirangkul sekaligus ditendang jika ada kasus seperti kasus sembako maut ini. Gereja seakan cuma jadi obyek kepentingan yang dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok tertentu.
Selain ribut soal politik, acara ini juga dicurigai sebagai upaya kristenisasi terselubung. Banyak pihak menyudutkan Gereja yang dianggap mendompleng acara kebudayaan untuk melakukan kristenisasi secara masal. Isu ini jelas dapat dimanfaatkan untuk menimbulkan konflik antar agama yang rawan sekali muncul ditengah kondisi politik yang sedang memanas.
Ini jelas menunjukan kecorobohan Gereja dalam menghitung dampak sosial politik yang dapat terjadi. Akibat kecerobohan ini Gereja-Gereja lain dapat terkena batunya. Ini dapat memicu tindak kekerasan terhadap Gereja dan diskriminasi terhadap orang Kristen.
Isu Kristenisasi akan menjadi kunci untuk melemahkan Gereja dalam partisipasinya membangun bangsa. Hal ini tentu sebuah kerugian besar karena suara kebenaran dari Gereja akan semakin sulit untuk dinyatakan. Lagi-lagi Gereja kena batunya, dan jelas sekali dalam kasus sembako maut ini Gereja hanya dijadikan tunggangan kepentingan-kepentingan politik tertentu.
Penulis : Gilrandi ADP