Transformative Learning: Mengembalikan Injil dalam Pendidikan
BeritaMujizat.com – Pendidikan – Mainstream pendidikan saat ini sangat dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran yang muncul pada jaman renaissance, dimana rasionalitas mendapat tempat utama dalam pendidikan. Hal ini kemudian memunculkan dikotomi (re: pemisahan) antara pendidikan umum dan pendidikan agama.
Akibat dari pemisahan ini, pendidikan agama yang mengajarkan pengenalan akan Tuhan hanya menjadi subjek tambahan dalam kurikulum pembelajaran. Selain itu, terbatasnya riset dan pedagogis mengenai pendidikan agama ini, mengkibatkan kurang efektifnya pembelajaran pengenalan akan Tuhan ini.
Berbeda dengan pendidikan umum yang telah banyak dikembangkan karena dianggap lebih penting dari pelajaran agama. Ada banyak riset dan pedadogis tentang pendidikan umum yang tersedia dan sangat mudah dikakses.
Setelah bertahun-tahun tidak mendapat perhatian utama dalam mainstream sistem pendidikan, belum lama ini pendidikan agama kembali menemukan momentum. Semakin hancurnya moral generasi penerus bangsa yang merupakan calon pemimpin masa depan. Ditambah lagi dengan adanya tantangan perubahan jaman yang dimotori oleh kemajuan teknologi, semakin memparah hancurnya moral generasi bangsa.
Bahkan ancaman itu telah muncul dalam diri sesorang sejak dini. Dahalu pornografi dan tayangan tentang kekerasan hanya bisa dinikmati oleh dewasa. Akan tetapi saat ini, melalui teknologi,anak-anak usia dini dapat mengkonsumsi informasi yang bermuatan pornografi dan kekerasan. Ancaman lain seperti narkoba, pergaulan bebas, kekerasan kini semakin dekat dan mengancam siapa saja.
Penguatan rasionalitas tanpa pendidikan spiritualitas yang tepat akan melahirkan generasi yang mempunyai karakter yang lemah. Jika kita kembali kepada “Injil” yang merupakan dasar hidup orang percaya, pendidikan seharusnya dikembalikan pada kebenaran utama yaitu Amsal 1 : 7
“Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan”.
Dalam hal ini pendidikan agama seharusnya tidak dapat dipisahkan dari pendidikan umum lainnya. Pengenalan akan Tuhan seharus menjadi tujuan semua pembelajaran. Pengenalan akan Tuhan akan sangat mempengaruhi pola pikir, tingkah laku, dan masa depan seseorang.
Ketika seorang belajar matimatika yang rumit, mereka dapat pengertian akan Tuhan. Begitu juga ketika sedang belajar ilmu pengetahuan alam, seorang guru dapat menceritakan eksistensi Tuhan yang maha besar, dsb. Hal ini dengan dikenal Transformative Learning.
Transformative Learning tidak semata-mata mengubah kurikulum yang ada dengan pelajaran agama. Akan tetapi bersinergi dengan pendidikan umum yang memang telah ada, dan perannya tidak dapat dilihangkan.
Transformatif Learning menghadirkan tidak sekedar pengetahuan tentang Tuhan, akan tetapi juga mendorong pengalaman Ilahi melalui pelajaran yang sehari-hari sudah dipelajari. Tidak ada lagi dikotomi pendidikan yang menjadikan pelajaran lebih penting dari pelajaran yang lain, melainkan semua pelajaran berperan penting.
Tujuan pembelajaran ini bukan kemampuan didalam kelas akan tetapi makna kehidupan yang dapat diplikasikan dalam aktivitas sehari-hari. Mengembalikan “Injil” dalam pendidikan sesuai dengan tempat yang seharusnya.
Penulis : Gilrandi ADP
Sumber Foto : Gerakan Mendidik Bagi Indonesia