Terbelahnya Kelompok Evangelis Konservatif di Pilpres Amerika Serikat
BeritaMujizat.com – Gereja – Gejolak politik yang sedang terjadi di Amerika Serikat (AS) berdampak pada terbelahnya kelompok evangelis. Kelompok evangelis merupakan bagian dari kelompok konservatif yang memegang teguh prinsip kekristenan.
Kelompok evangelis ini merupakan kelompok yang menentang aborsi dan legalisasi pernikahan sejenis. Kelompok ini merupakan kelompok yang memberi kontribusi yang sangat besar bagi terpilihnya presiden Trump.
Pada pemilihan presiden AS kali ini terjadi pergolakan yang cukup besar diantara kelompok evangelis. Dalam pemilihan presiden kali ini, ada beberapa kelompok evangelis yang mulai meninggalkan Trump.
Ada yang beralih untuk mendukung lawan politik Trump, ada juga yang kemudian lebih memilih untuk golput. Terbelahnya kelompok evangelis disebabkan oleh bentuk dukungan politik yang harus diberikan Gereja.
Kelompok evangelis yang mulai beralih terhadap Trump merasa bahwa mereka tidak mau tercemar atau terlibat politik lebih dalam. Kelompok ini merasa dukungan terhadap Trump yang berlebihan secara politik hanya akan menggangu integritas Gereja.
Kelompok ini bahkan dengan tegas mengkritik Gereja-Gereja yang saat ini terus berdoa untuk Trump. Mereka menganggap Gereja-Gereja yang terus mendukung Trump sudah terjebak dengan agenda politik.
Di satu sisi, kelompok evangelis yang terus memberikan dukungan Trump percaya bahwa ada peperangan spiritual melawan kuasa demonik dalam politik. Peperangan spiritual ini merupakan bagian yang sangat penting dan sangat menentukan masa depan Gereja.
Perpecahan tentang kelompok evangelis dalam pemilihan presiden AS juga disinggung oleh Timothy Dalrymple yang merupakan presiden dan CEO Christianity Today. Dalam tajuk rencana (editorial) dia menyebutkan bahwa saat ini kelompok evangelis terbelah di pemilihan Presiden AS.
Dia membagi kelompok evangelis yang terbelah dalam Gereja Regnant dan Gereja Remnant. Gereja Regnant adalah mereka yang menganggap politik adalah peperangan spiritual antara kerajaan gelap dan kerajaan Allah.
Gereja Regnant melihat bahwa pribadi atau karakter pemimpin yang dipilih bukanlah sesuatu yang lebih kecih daripada peperangan spiritual dibalik politik. Dalam hal ini Gereja Regnant tidak mempersoalkan latar belakang kehidupan dan karakter Trump.
Gereja Regnant tetap percaya bahwa Trump adalah seseorang yang sudah ditunjuk Tuhan untuk AS saat ini. Berbeda dengan Gereja Regnant, Gereja Remnant menurut Timothy lebih mengutamakan menjaga integritas dan kemurnian.
Dia yang tegas menyatakan diri sebagai kelompok Gereja Remnant, melihat bahwa kerajaan Allah berbeda dengan kerajaan dunia yang dinyatakan melalui politik. Terbelahnya kelompok evangelis ini dalam menyikapi dinamika politik menunjukan sebuah pertarungan teologis yang leblih rumit.
Pertarungan teologis yang sedang terjadi di Gereja AS tentu akan berdampak bagi Gereja Tuhan di Indonesia. Pertempuran teologis ini akan semakin meningkat dengan semakin terbukanya Gereja di ruang-ruang publik.
Penulis : Gilrandi ADP
Sumber Berita : Christianity Today