Siapa, Bagaimana dan Untuk Apa Mencari Tuhan?
Orang-orang Majus dalam peristiwa Natal adalah sekelompok orang yang menggambarkan pencari-pencari Tuhan. Berbekal “tulisan-tulisan kuno”, mereka ini mencari dan terus mencari. Bahkan tak segan-segan mencari di tempat-tempat berbahaya seperti istana Herodes.
Mengapa berbahaya? Bayangkan mencari raja baru dirumah raja yang sedang bertahta. Orang-orang Majus ini bukan orang bodoh, tapi lebih tepat digambarkan orang yang begitu lapar dan haus untuk menemukan Raja yang mereka percaya.
Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu?. Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia. (Mat. 2:2).
Siapa yang dicari, bagaimana mencarinya, dan untuk apa mencari tersirat dengan baik dari pertanyaan orang-orang Majus ini. Pertama, mereka mencari “Raja Orang Yahudi”. Bisa disimpulkan, mereka mendapatkan cerita ini dari tulisan-tulisan nubuatan kuno Yahudi. Bisa tulisan Yesaya, Mikha, atau yang lain.Mereka begitu yakin bahwa raja yang mereka cari adalah KETURUNAN YAHUDI.
Kedua, mereka mengikuti bintangNya. Orang-orang Majus ini mendapat bimbingan profetis melalui pewahyuan cara menemukan Tuhan. Perjalanan “dari timur” sampai ke kandang Bethlehem adalah perjalanan yang sangat panjang, tapi wahyu itu membuat mereka sampai kepada tujuan.
Ketiga,tujuan mereka mencari jelas, untuk menyembahNya. Ketika mereka bertemu Yesus di kandang, tidak ada keraguan semua yang mereka miliki langsung di persembahkan buat sang Raja.
Tiga hal penting dalam mencari Tuhan dapat kita carikan dari orang-orang Majus. Temukan Tuhan di tulisan-tulisan kuno (kitab suci) dan percayai sebagai kebenaran Ilahi. Dapatkan pewahyuanNya melalui suara profetisNya. Cari Tuhan hanya untuk menyembahNya. Bukan untuk yang lain.
Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran (II TIm. 3:16).
Daily Seeking God
– 10 Tahun Perenungan Mencari Tuhan –
Daily Seeking God adalah kumpulan tulisan Hanny Setiawan selama 10 tahun. Ditulis secara spontan ketika ada pertanyaan-pertanyaan kepada diri sendiri. Dengan mengikuti “renungan harian” ini diharapan bisa mengerti pergumulan batin selama 2009-2019 penulis.