Serangan Udara di Gereja Kachin: Sembilan Orang Tewas, Termasuk Anak-Anak
BeritaMujizat.com – Internasional – Angkatan Udara Myanmar dilaporkan membombardir sebuah gereja di desa Konlaw, negara bagian Kachin, dekat perbatasan Myanmar-China, yang digunakan warga sebagai tempat pengungsian.
Serangan yang terjadi pada Jumat (15/11) itu menyebabkan setidaknya sembilan orang tewas, termasuk anak-anak. Selain itu, 11 orang mengalami luka-luka, tujuh di antaranya dalam kondisi kritis dan sedang dirawat di sebuah rumah sakit di dekat Lai Zar di perbatasan China.
Dilaporkan bahwa serangan udara ini juga menghantam anak-anak dari kamp pengungsian yang sedang bermain di sekitar area tersebut, selain merusak kamp dan gereja itu sendiri. Salah satu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak mereka dilaporkan meninggal dunia seluruhnya, dengan total enam korban jiwa dari keluarga tersebut.
Serangan ini terjadi beberapa hari setelah pemimpin junta Myanmar, Min Aung Hlaing, kembali menyerukan pembicaraan damai saat kunjungannya ke China pada 5 November lalu. Namun, pasukan anti-junta menolak seruan tersebut, menilai bahwa hal itu hanya formalitas untuk menenangkan pihak China.
Sejak militer mengambil alih kekuasaan pada 2021, China telah menawarkan diri sebagai mediator dalam konflik yang berlangsung di Myanmar. Kendati demikian, pertempuran antara militer dan kelompok gerilyawan terus meningkat, terutama di negara bagian Kachin.
Di wilayah utara Myanmar itu, pasukan Kachin Independence Army (KIA) dilaporkan berhasil merebut banyak posisi militer, tambang batu giok, tanah jarang, dan sebagian besar jalur penyeberangan di perbatasan Myanmar-China. Sebagai tanggapan, junta melancarkan serangan udara yang disebut kelompok hak asasi manusia sering kali menargetkan warga sipil.
Data terbaru menunjukkan bahwa dari Januari hingga Oktober 2024, serangan udara oleh junta telah menewaskan setidaknya 540 orang di seluruh Myanmar. Para analis memperkirakan bahwa konflik akan semakin meningkat dalam beberapa pekan mendatang, seiring upaya militer memanfaatkan musim kemarau untuk merebut kembali wilayah yang sebelumnya dikuasai kelompok gerilyawan.