Rumah kehidupan
Kondisi hati yang rusak sejak kejadian di taman Eden, adalah penyebab utama kegagalan kita dalam pencarian akan Tuhan. Kita gagal mengenali Dia dalam keseharian kita.
Padahal kemahahadiranNya tidak pernah di ragukan. Setiap detik dalam hidup kita. Setiap inci langkah jalan kita. Dia ada, dan tidak pernah meninggalkan.
Tapi sayang kita selalu gagal dalam mengenali. Habakuk berteriak dalam kitabnya “Mengapa, Tuhan?” . Daud pun sering menangis merasa di tinggalkan. Tak bisa dipungkiri, iman dan perasaan bisa berlari melawan arah. Hati yang gelisah, kuatir, dan takut seakan-akan melekat di hati kita.
Yer. 17:9 mengatakan “Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya?”. Artinya, kita harus selalu berhati-hati dengan hati kita. Amsal mengatakan jaga hati dengan segala kewaspadaan karena dari sanalah terpancar KEHIDUPAN (Amsal 4:23). Jadi, hati adalah rumah kehidupan kita.
Tuhan tinggal di rumah kehidupan kita, yaitu di hati kita!. Kemahabesaran Tuhan membutuhkan hati kita untuk diperbesar, sehingga kita bisa menampung kebesaranNya.
Kadang hati kita terlalu kecil, hanya mampu menampung diri kita. Atau sebagian dari kita memiliki hati yang cukup besar yang mampu menampung keluarga, dan kantor tempat kerja kita.
Sebagian lagi mampu menampung gereja, bahkan bangsa. Tapi SALIB adalah contoh sebesar apa hati kita seharusnya. Hati kita harus sebesar hati Tuhan yang mampu menampung SEMUA umat manusia, bahkan musuh sekalipun. Itulah rumah kehidupan kita, hati yang sebesar hati Tuhan.
Pribadi, keluarga, kerja, gereja, bangsa, umat manusia, atau Tuhan adalah ukuran-ukuran hati kita. Memiliki hati yang terlalu kecil akan membuat kita tidak menemukan Tuhan, karena Tuhan dapat ditampung disana.
Akibatnya, segala perasaan yang tidak menenangkan hati akan bermunculan. Iman bisa di goyahkan. Memperbesar kapasitas hati, itulah kunci kita mengerti Tuhan lebih dalam.
Dia bukan hanya Tuhan yang dekat, Dia juga Tuhan yang jauh. Masakan Aku ini hanya Allah yang dari dekat, demikianlah firman TUHAN, dan bukan Allah yang dari jauh juga? (Yer 23:23).
Daily Seeking God
– 10 Tahun Perenungan Mencari Tuhan –
Daily Seeking God adalah kumpulan tulisan Hanny Setiawan selama 10 tahun. Ditulis secara spontan ketika ada pertanyaan-pertanyaan kepada diri sendiri. Dengan mengikuti “renungan harian” ini diharapan bisa mengerti pergumulan batin selama 2009-2019 penulis.