Perubahan Pikiran Membawa Kemuliaan
Allah adalah Roh. Dunianya adalah dunia roh. Disukai atau tidak, para pencari Tuhan harus mengerti, dan percaya hal tersebut. Ketidakmengertian kita akan dunia Tuhan atau dunia Roh membuat kita sukar untuk menemukanNya dalam kehidupan sehari-hari.
Langkah pertama dan sangat penting adalah Merubah Pikiran kita sehingga kita mampu berfikir dengan sistem surgawi. Kolose 3:2 mengatakan “Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi.”
Tranformasi pikiran inilah yang dikenal dengan sebutan metanoiaatau sering disebut sebagai pertobatan. Dalam Roma12:2 dikatakan “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna” .
Perubahan budi atau Renewing Your Mind menjadi proses sentral kita menjadi dewasa rohani. Semakin kita dewasa, kita akan mampu berfikir secara dewasa (I Kor 13:11) dan seluruh panca indera rohani kita semakin peka dan tajam akan kehendakNya (Ibr 5:11-14), sehingga pada akhirya kita mampu untuk merefleksikan kemuliaanNya seperti Musa (Kel 33:3-17).
Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar. (II Kor. 3:18)
Ada level kemuliaan yang ditentukan dengan level pola pikir yang rohani yang kita miliki. Semakin kita berfikir seperti Roh berfikir, kemuliaan Tuhan akan semakin nyata. Luar biasa sekali.
Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh. (Roma. 8:5).
Pertobatan demi pertobatan dibutuhkan sehingga kita semakin serupa dengan gambar-Nya. Artinya kita dikembalikan ke kodrat kita sebagai penghuni Eden. Berfikir, bertindak, dan berperilaku sebagai pengelola taman Allah.
Daily Seeking God
– 10 Tahun Perenungan Mencari Tuhan –
Daily Seeking God adalah kumpulan tulisan Hanny Setiawan selama 10 tahun. Ditulis secara spontan ketika ada pertanyaan-pertanyaan kepada diri sendiri. Dengan mengikuti “renungan harian” ini diharapan bisa mengerti pergumulan batin selama 2009-2019 penulis.