Pemimpin Gereja Zion Beijing, Ditahan Bersama Lebih dari 20 Staf Gereja

BeritaMujizat.com – BMNews – Pemerintah Tiongkok kembali melakukan penindakan terhadap gereja-gereja independen. Kali ini, pendeta terkenal Jin Mingri, yang juga dikenal dengan nama Ezra Jin, pendiri Zion Church di Beijing, ditahan bersama lebih dari dua puluh pemimpin dan staf gerejanya oleh otoritas setempat.
Menurut laporan dari The Japan Times dan Financial Express, penangkapan ini dilakukan pada awal Oktober dengan tuduhan “penggunaan jaringan informasi ilegal” serta penyebaran ajaran agama tanpa izin melalui internet. Pemerintah menilai kegiatan daring gereja Zion melanggar regulasi baru tentang kontrol aktivitas keagamaan di dunia maya.
Jin Mingri dikenal luas sebagai pendiri dan gembala sidang Zion Church, salah satu gereja bawah tanah terbesar dan paling berpengaruh di Tiongkok. Sejak berdirinya pada awal tahun 2000-an, gereja ini berkembang pesat, menarik ribuan jemaat dari kalangan profesional perkotaan.
Meskipun demikian, Zion Church menolak untuk mendaftar di bawah Three-Self Patriotic Movement, lembaga resmi yang mengawasi gereja Protestan di bawah kendali negara. Keputusan tersebut membuat gereja ini dianggap ilegal oleh pemerintah dan akhirnya ditutup secara resmi pada tahun 2018.
Namun penutupan itu tidak menghentikan pelayanan. Menurut laporan Persecution.org dan IDN Times, kegiatan Zion Church terus berlangsung secara offline dalam kelompok kecil dan online melalui platform seperti Zoom. Hal inilah yang kemudian menjadi dasar tuduhan baru terhadap Jin dan timnya.
Sebelum mendirikan gereja Zion, Jin Mingri menempuh pendidikan teologi di luar negeri, termasuk di seminari di Amerika Serikat. Setelah kembali ke Tiongkok, ia memulai pelayanannya dengan visi membangun komunitas Kristen perkotaan yang mandiri, berfokus pada pengajaran Alkitab dan pembentukan karakter murid Kristus.
Dikenal sebagai pengkhotbah yang berwawasan luas dan terbuka, Jin berusaha menyeimbangkan nilai-nilai iman dengan konteks sosial modern di Tiongkok. Namun, pendekatan yang independen dari kendali negara menjadikannya salah satu figur yang diawasi ketat oleh otoritas keagamaan.
Kasus penahanan Jin Mingri kembali menyoroti ketegangan antara negara dan komunitas Kristen independen di Tiongkok. Setelah serangkaian regulasi baru yang diberlakukan sejak 2018, pemerintah memperketat pengawasan terhadap semua aktivitas keagamaan — termasuk ibadah daring, pelatihan teologi, hingga donasi gereja.
Laporan The Japan Times menyebutkan bahwa tindakan terhadap Jin dianggap sebagai “peringatan” bagi gereja-gereja rumah (house churches) lain yang masih beroperasi di luar sistem resmi.
Sementara itu, berbagai organisasi internasional seperti International Christian Concern (ICC) menyebut penangkapan ini sebagai bentuk penganiayaan terhadap kebebasan beragama dan menyerukan pembebasan bagi para pemimpin gereja Zion.
Meskipun menghadapi tekanan berat, para jemaat Zion Church dilaporkan tetap berkumpul dalam kelompok kecil untuk berdoa dan mendukung keluarga para pemimpin mereka yang ditahan. Seorang anggota gereja, yang tidak mau disebutkan namanya, mengatakan kepada media luar negeri:
“Kami telah belajar untuk tidak takut. Gereja bukan hanya gedung — kami adalah tubuh Kristus, dan tubuh itu hidup di mana pun kami berada.”
Bagi banyak pengamat, keteguhan gereja ini menjadi simbol ketabahan iman Kristen di bawah rezim otoriter, serta gambaran nyata dari semangat “murid Kristus” yang terus belajar dan bertahan di tengah tekanan.
Penahanan Jin Mingri mencerminkan pola yang berulang di Tiongkok dalam beberapa tahun terakhir. Pemerintah memperketat kontrol terhadap aktivitas keagamaan dengan alasan stabilitas sosial dan keamanan nasional.
Namun, menurut pengamat HAM internasional, kebijakan ini sering kali digunakan untuk menekan kelompok agama yang menolak berafiliasi dengan lembaga keagamaan resmi negara.
Di tengah situasi ini, kisah Jin Mingri menjadi simbol perjuangan antara iman dan kontrol negara — antara ketaatan kepada Allah dan tekanan dunia.