Pemerintahan Tuhan
PEMERINTAHAN TUHAN
Bacaan I Raj 8:7
TUHAN berfirman kepada Samuel: “Dengarkanlah perkataan bangsa itu dalam segala hal yang dikatakan mereka kepadamu, sebab bukan engkau yang mereka tolak, tetapi Akulah yang mereka tolak, supaya jangan Aku menjadi raja atas mereka. (I Rj 8:7).
Bangsa Israel selama 430 tahun (Kel 12:40) berubah dari satu keluarga Yakub menjadi satu bangsa. Meskipun demikan, mereka tidak pernah memiliki sistem pemerintahan. Mereka hidup sebagai budak, dan mengikuti semua sistem pemerintahan dan struktur pemerintahan mesir.
Israel menjadi sebagai satu bangsa karena secara rohani maupun darah mereka adalah keturunan Abraham yang memegang perjanjian dengan Yehova. Secara natural, bangsa Israel adalah satu keluarga besar.
Berkatalah Yusuf kepada saudara-saudaranya: “Tidak lama lagi aku akan mati; tentu Allah akan memperhatikan kamu dan membawa kamu keluar dari negeri ini, ke negeri yang telah dijanjikan-Nya dengan sumpah kepada Abraham, Ishak dan Yakub.” (Kej 50:24).
Yusuf sebelum meninggal mengingatkan seluruh bangsa untuk tidak melupakan asal-usul Israel sebagai satu keluarga yang memiliki perjanjian. Identitas sebagai Keluarga Abraham ini adalah inti dari iman orang Israel. Dan di dalam Kristus, identitas itu pun tidak dihilangkan (Gal 3:29), “Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah”.
Ketika akhirnya Israel keluar dari Mesir menjadi satu bangsa, sistem pemerintahan yang mereka miliki adalah sistem kekeluargaan. Kel 18:17-27 memperperlihatkan bagaimana Musa belajar dari mertuanya Imam Yitro untuk mengatur struktur pemerintahan yang baru dalam keluarga Israel yang sudah berjumlah jutaan orang.
Di samping itu kau carilah dari seluruh bangsa itu orang-orang yang cakap dan takut akan Allah, orang-orang yang dapat dipercaya, dan yang benci kepada pengejaran suap; tempatkanlah mereka di antara bangsa itu menjadi pemimpin seribu orang, pemimpin seratus orang, pemimpin lima puluh orang dan pemimpin sepuluh orang. (Kel 18:21).
Sistem pemerintahan Allah yang berdasarkan sistem keluarga ini adalah sistem yang didesain Tuhan sendiri untuk memerintah secara langsung (teokrasi) keluarga Abraham. Dan sistem inilah yang selama 40 tahun di padang gurun menjadi sistem pemerintahan bangsa Israel.
Setelah di tanah perjanjian, Israel menolak Tuhan, dan meminta raja manusia, sehingga akhirnya sistem keluarga dirubah menjadi sistem kerajaan dunia. Disinilah akar dari permasalahan, ketika kita menolak Tuhan sebagai raja, dan mencari raja manusia.
“..Tepat seperti yang dilakukan mereka kepada-Ku sejak hari Aku menuntun mereka keluar dari Mesir sampai hari ini, yakni meninggalkan Daku dan beribadah kepada allah lain, demikianlah juga dilakukan mereka kepadamu…”(I Sam 8:8).
Sebagaimana Tuhan memerintah Israel di padang gurun melalui sistem keluarga, demikian juga pemerintahanNya di muka bumi saat ini. Seharusnya seperti Israel kita tidak meminta raja lain, tapi kita harus ijinkan Dia bertakhta sebagai Tuhan memerintah dunia melalui keluargaNya, yaitu GerejaNya.
Melalui kita, pemerintahan Tuhan dijalankan di bumi seperti di surga. Otoritas yang besar ini hadir hanya apabila kita hidup dalam satu kesatuan (oneness) sebagai satu keluarga, yaitu keluarga kerajaan Surga.
Pendalaman Alkitab:
Kata Ibarani pâqad (H6485) berarti memperhatikan. Dalam Kej 2:11 kata yang sama digunakan untuk memperlihatakan bahwa Tuhan memperhatikan Sarah yang mandul. Dalam terjemahan New American Standard Bible (NASB) dipakai juga kata take note (dicatat). Tuhan selalu membuat catatan-catatan dalam kehidupan kita, dan Dia tidak lupa, selalu mengingat dan memperhatikan. Kata ini juga dapat diartikan, melawat. Ketika Tuhan memperhatikan, Dia mengunjungi (to visit) kita.
Siapa yang memegang kendali, itulah Tuhan kita yang sebenarnya
Penulis :Hanny Setiawan
HDMI (Hidup Dalam Mandat Ilahi) adalah adalah konsep pengajaran holistik yang membawa kekristenan tidak berhenti kepada kesalehan pribadi, tetapi berfokus kepada Membangun Tubuh Kristus. Selama 49 Hari penulis mengajak untuk Menghidupi Tujuan Ilahi, Memahami Desain Awal, Mengalahkan Dunia, Melakukan Yang Seharusnya, Menjalani Kehidupan, Menyiapkan Jalan, Menggenapi Janji.