Renungan

Metode Misi – 27 Oktober


 roc

Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku …. 
(Matius 28:19) 

Intro:

Tantangan bagi seorang pelayan atau pengabar Injil tidak berasal dari kenyataan bahwa orang-orang yang dihadapi sulit, hambatan sikap acuh tak acuh yang besar, dll.. Tidak! Tantangannya berasal dari diri pekerja itu sendiri dalam hubungannya dengan Yesus Kristus, seperti yang dikatakan-Nya, “Percayakah kamu bahwa Aku dapat melakukannya?”

Renungan:

Yesus tidak berkata, “Pergilah dan selamatkan jiwa-jiwa” (penyelamatan jiwa-jiwa adalah pekerjaan Allah yang adikodrati), melainkan Ia berkata, “Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku….” Meskipun perintah tersebut ada, Anda tidak dapat memuridkan orang lain apabila Anda sendiri bukan seorang murid. Ketika para murid kembali dari perjalanan misi pertama, mereka dipenuhi sukacita karena iblis pun tunduk kepada mereka. Namun, sesungguhnya yang dikatakan Yesus adalah: “Janganlah bersukacita karena pelayananmu yang berhasil — rahasia sukacita adalah jika kamu mempunyai hubungan yang akrab dengan Aku” (lihat Lukas 10:17-20).

Hal terpenting dari seorang misionaris adalah tetap tinggal dalam panggilan Allah dan menyadari bahwa satu-satunya tujuannya adalah untuk memuridkan pria dan wanita bagi Yesus. Waspadalah jika ada belas kasihan atas jiwa-jiwa yang datangnya bukan dari Allah, melainkan dari keinginan kita sendiri untuk membuat orang bertobat menurut sudut pandang kita. Tantangan bagi seorang misionaris tidak berasal dari kenyataan bahwa orang-orang sulit untuk dibawa ke dalam keselamatan, orang-orang yang undur susah untuk kembali, atau ada hambatan berupa sikap acuh tak acuh yang besar. Tidak! Tantangannya berasal dari perspektif misionaris itu sendiri tentang hubungannya dengan Yesus Kristus — “Percayakah kamu bahwa Aku dapat melakukannya?” (Matius 9:28).

Tuhan mengajukan pertanyaan tersebut pada kita berulang kali dan hal itu mengonfrontasi kita dalam segala situasi yang kita alami. Satu tantangan besar kita adalah apakah saya mengenal Tuhan saya yang hidup? Apakah saya mengenal kuasa-Nya yang ada dalam diri saya? Apakah saya cukup bijaksana dalam pandangan Allah, tetapi cukup bodoh menurut pandangan dunia untuk memercayai yang Yesus Kristus katakan? Ataukah, saya mulai meninggalkan posisi adikodrati dan keyakinan yang kokoh kepada Yesus Kristus, yang sesungguhnya merupakan satu-satunya panggilan Allah bagi seorang misionaris?

Jika saya mengikuti metode lain, saya meninggalkan metode yang telah dirancang oleh Tuhan kita: “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa… karena itu, pergilah” (Matius 28:18-19)

Oswald Chambers
Penulis : Oswald Chambers

Comments

Related Articles

Back to top button