Poleksosbud

Mengapa Presiden Trump Dibenci Dunia namun Dicintai Gereja?


BeritaMujizat.com – Poleksosbud – Terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS memunculkan fenomena baru dalam politik dalam negeri AS maupun dunia politik internasional. Hadirnya Presiden Trump membuka prespektif baru tentang hubungan antara politik dengan Gereja dan Kekristenan.

Keputusan dan kebijakan Presiden Trump yang berpihak kepada kepentingan Gereja dan Kristenan awalnya mendapat perlawanan sengit dari berbagai pihak. Keberpihakan Presiden Trump terhadap isu-isu yang menyangkut Gereja dan Kekristenan dicitrakan sebagai ancaman perwujudan perdamaian dunia.

Kita tentu masih ingat dengan kebijakan Presiden Trump ingin yang memindahkan kedutaan AS untuk Israel ke Yerusalem. Kebijakan  Presiden Trump ini langsung memunculkan kemarahan dari masyarakat internasional. Kebijakan ini dianggap dapat memanaskan konflik Israel-Palestina, yang kemudian dapat memicu konflik yang lebih besar.

Kebijakan Presiden Trump untuk memindahkan kedutaan AS ke Yerusalem dinilai sebagai bentuk arogansi AS terhadap negara-negara lain. Melalui pemberitaan diberbagai media, AS dicitrakan sebagai negara adi kuasa yang dapat berbuat semena-mena terhadap negara lain.

Selain itu kebijakan Presiden Trump untuk melindungi AS dari para imigran juga dipakai memperkuat citra AS sebagai negara yang arogan dan semena-mena. Komentar yang cukup rasis dari Presiden Trump terkait kebijakan imigran ini, dipakai untuk semakin menyakinkan masyarakat internasional bahwa AS adalah negara yang arogan.

Akan tetapi asumsi-asumsi yang mencoba menyudutkan AS sebagai negara arogan karena lebih berpihak pada kepentingan Gereja dan Kekristenan kini mulai terpatahkan. Data menunjukan ada jutaan umat Kristen saat ini sedang menghadapi ancaman genosida di berbagai negara.

Kasus pembakaran Gereja, pembunuhan terhadap umat Kristiani, serta pengusiran terhadap umat Kristiani semakin meningkat dan semakin parah. Tercatat hampir 80 persen kasus kekerasan terhadap pemeluk agama dialami oleh umat Kristen. Hampir 100.000 orang Kristen meninggal setiap tahunya akibat persekusi dan kekerasan terhadap umat Kristen (sumber).

Selain itu masuknya para imigran terbukti menimbulkan permasalahan yang cukup rumit bagi negara. Meningkatnya kasus kriminal dan aksi teror yang dilakukan oleh para imigran menjadi bukti nyata adanya ancaman terhadap kepentingan nasional.

Jika melihat data dan fakta yang ada, apa yang dilakukan Presiden Trump untuk berpihak pada Gereja dan Kekristenan tentu bukan sebuah arogansi, melainkan urgensi. Proteksi terhadap Gereja dan umat Kristen harus dilakukan karena masyarakat internasional menutup mata soal ancaman genosida terhadap umat Kristen.

Beberapa kasus pembantaian massal umat Kristen yang dilakukan oleh kelompok agama garis keras seperti ISIS tidak dikategorikan sebagai bentuk genosida yang harus dilawan semua negara. Hal ini tentu mendorong AS sebagai negara yang memiliki budaya Kekristenan bersikap realis.

Realisme bagaimanapun tetap dibutuhkan sebuah negara untuk melindungi kepentingan nasionalnya. Dalam hal ini sikap realis AS tentu bukan dalam rangka menjajah negara lain namun melindungi kepentingan umat Kristen yang terancam dan dikesampingkan oleh masyarakat internasional.

Alasan ini juga yang kemudia mendorong Gereja-Gereja untuk memberi dukungan penuh terhadap  Presiden Trump. Menurut survei yang ada, hampir 80 persen pemimpin Gereja sangat puas dan mendukung Presiden Trump (sumber). Meskipun diakui bahwa Presiden Trump bukan sosok yang sangat religius, akan tetapi kebijakannya diakui sangat perduli dengan Gereja dan Kekristenan.

 

Penulis : Gilrandi

 

Comments

Related Articles

Back to top button