Mengapa Ibadah Kristen Begitu Menakutkan Sehingga Harus Dihalangi?
BeritaMujizat.com – Gereja – Berita disegelnya 3 gereja sekaligus di Jambi (27/9/2018) menjadi pembicaraan yang tidak sedap. Disaat deklarasi kampanye damai untuk pemilihan presiden 2019 yang baru mulai beberapa hari, kasus seperti ini jelas sangat rawan dipolitisasi. Ada apa sebenarnya?
Gereja yang sudah 10 tahun berdiri tanpa masalah, tiba-tiba jadi masalah, dan ditutup lagi. Tidak main-main, langsung oleh Pemerintah Kota Jambi. Jelas ada yang bermain, dan menekan Pemkot Jambi sehingga berani mengambil langkah yang tidak manusiawi ini (baca: Setelah Puluhan Tahun Tak Ada Protes, 3 Gereja Hari Ini Disegel.)
Apapun alasan politiknya, tidak begitu menarik untuk diulas dan dianalisis. Karena bagi saya, melarang dan mempersulit orang berdoa kepada Tuhannya adalah perbuatan yang diluar kemanusiaan. Melawan orang-orang yang tidak mengerti HAM (Hak Asasi Manusia) seperti kasus ini, bak melawan binatang liar di hutan rimba. Jadi bukan lagi soal politik, tapi soal hati nurani yang sudah tumpul.
***
Orang kristen apapun merk gereja dan sinodenya adalah orang-orang yang dilambangkan seperti kawanan domba. Sebab itu, pemimpin jemaatnya disebut Gembala, atau Pastor. Domba-domba adalah binatang yang tidak pernah menyerang, dan tidak memiliki pertahanan. Artinya, sangat gampang diserang, dan harus dilindungi.
Baca : Tsunami Moral, Baik Jokowi dan Prabowo Menghindari Kasus Penyegelan Gereja
Bahkan ajaran utama Kekristenan adalah Hukum Kasih (Mat 22:37-40). Ditampar pipi kanan saja harus memberikan pipi kirinya. Dan satu hal yang paling penting, Tuhan orang Kristen sendiri dipercaya dibunuh, mati, dan disalibkan. Meskipun akhirnya dipercaya bangkit di hari ke-3, Yesus Kristus yang dikenal juga dengan Isa Almasih ini TIDAK MELAWAN seperti domba yang disembelih di kayu salib.
Kalau kita mau tarik kembali dalam sejarah, bukan hanya ajaran, dan Yesus yang mati dikayu Salib, 12 murid Yesus yang disebut para Rasul “semua” martir dan mati sahid, kecuali Rasul Yohanes. Itupun menurut sejarah Gereja berulang kali dianiaya, dibuang, dan coba untuk dibunuh.
300 tahun pertama kekristen dimulai dengan darah-darah martir para “Domba Allah yang disembelih” ini. Meskipun demikian, kekristenan pernah mengkristal menjadi agama publik dijaman Konstantinopel yang berakibat perang salib yang menjadi sejarah kelam perabadan manusia.
Selama 1000 tahun, kekristenan mengalami deviasi, sampai pada akhirnya 1517, Martin Luther mengingatkan seluruh Tubuh Kristus (baca: istilah untuk orang kristen diseluruh dunia secara universal) untuk kembali kepada Kasih Karunia, Iman, Firman Tuhan, dan Yesus Kristus saja.
Apa hubungannya dengan Gereja Jambi?
Saya hendak mengajak kita semua berfikir dan merenung. Dari ajaran, dan sejarah, kecuali kasus-kasus yang diluar arus utama kekristenan, orang-orang Kristen bukanlah orang-orang yang menyerang, berbahaya, dan merusak masyarakat. Tetapi, mengapa orang-orang Kristen paling banyak dianiaya, dipersulit, bahkan sampai dibunuh? Paradoks bukan?
Rasa insecure dari kelompok-kelompok yang tidak menyukai kekristenan sebenarnya muncul karena mereka menyadari bahwa orang-orang Kristen ini sangat menular (contigous). Terang tidak bisa ditutup dengan kegelapan sepekat apapun. Justru kebalikannya, semakin pekat, semakin terlihat terang.
Secara naluri, manusia tidak ada bedanya dengan binatang, semua penentang kekristenan hendak mempertahankan status mayoritas sehingga memiliki kebanggaan, dan terutama memiliki posisi. Apalagi dalam sistem demokrasi yang sangat terbuka, mayoritas bisa menjadi kebenaran meskipun tidak benar.
“Naluri kebinatangan” inilah yang akhirnya termanifestasi dalam tindakan-tindakan anarkis yang paling liar seperti Kaisar Nero yang membuat obor dari manusia, sampai yang paling halus seperti menyegel tempat ibadah di Jambi.
Semakin Ditindas, Semakin Meluas
Kekristenan justru tumbuh subur dalam penindasan. Kebenaran ini adalah paradoks yang bagi orang Kristen sendiri terkadang sulit untuk dipercaya. Justru dalam kesuksesan dan kenyamanan, kekristenan seringkali menjadi suam dan jatuh.
Contoh yang jelas adalah kekristenan di Eropa dan Amerika yang menjadi dingin sebanding dengan majunya perabadan barat.
Jadi, peristiwa penyegelan Gereja di Jambi bukan hanya menjadi sebuah tanda politis bahwa pemerintahan Indonesia sudah disusupi organ-organ radikalisme yang tidak segan-segan membenturkan kelompok-kelompok agama untuk kepentingan politis, tetapi juga menjadi sebuah tanda bahwa Injil Kabar Baik semakin mendapatkan tempat di hati bangsa Indonesia.
Seperti kata Tuhan kepada Ninewe, saya percaya Tuhan juga berkata untuk Indonesia sebagai berikut:
Bagaimana tidak Aku akan sayang kepada INDONESIA (baca: Ninewe), kota yang besar itu, yang berpenduduk lebih dari seratus dua puluh ribu orang, yang semuanya tak tahu membedakan tangan kanan dari tangan kiri, dengan ternaknya yang banyak?”
Yunus 4:11
Penulis : Hanny Setiawan
Referensi:
Gereja Methodist Indonesia Kanaan Jambi Disegel, Pengurus Minta Solusi
Pemkot Jambi Segel Tiga Gereja, Jefri B Pardede: Mall WTC Juga Harus Disegel…..
Church in Jambi closed over rejection by Muslim residents