Melihat Yesus di Awan Kehidupan – Juli 29
Juli 29
Melihat Yesus di Awan Kehidupan
Lihatlah, Ia datang dengan awan-awan.
(Wahyu 1:7)
Intro:
Renungan hari ini mengatakan bahwa awan-awan dukacita, yaitu penderitaan, sering datang dalam kehidupan kita. Yang kita rasakan benar-benar tampak berkontradiksi dengan kedaulatan Allah (yang berkuasa, yang mengasihi, dll.). Namun, melalui awan-awan ini, Roh Allah mengajar kita dalam iman. Dan, yang penting apakah kita tetap melihat Yesus dalam awan-awan tersebut?
Renungan:
Dalam Alkitab, awan-awan selalu dikaitkan dengan Allah. Awan-awan adalah dukacita, penderitaan atau situasi kemujuran ( providential circumstances ), di dalam atau di luar kehidupan pribadi kita, yang benar-benar tampak berkontradiksi dengan kedaulatan Allah.
Namun, adalah melalui awan-awan ini Roh Allah mengajar kita cara berjalan dengan iman. Jika awan-awan tidak pernah ada dalam hidup kita, kita tidak akan mempunyai iman. “ Awan adalah debu kaki-Nya ” (Nahum 1:3). Awan-awan itu menandai bahwa Allah hadir.
Hanyalah pengungkapan yang membuat kita dapat mengetahui bahwa dukacita, perkabungan dan penderitaan sebenarnya adalah awan-awan yang datang bersama Allah! Allah tidak dapat datang mendekati kita tanpa awan-awan — Dia tidak datang dalam langit cerah bersih tanpa awan.
Tidaklah benar untuk mengatakan bahwa Allah ingin mengajarkan sesuatu di dalam pencobaan kita. Melalui setiap awan yang didatangkan-Nya, Dia ingin kita belajar melupakan atau melepas ( unlearn ) sesuatu.
Maksud Allah menggunakan awan ialah untuk “menyederhanakan” kepercayaan kita sampai hubungan kita dengan Dia sama seperti yang ada pada seorang anak kecil – hanya hubungan antara Allah dan jiwa kita sendiri, sedangkan orang lain hanya bagaikan bayang-bayang. Sebelum orang lain menjadi bayang-bayang bagi kita, maka sesekali awan dan kegelapan akan menjadi bagian kita.
Apakah hubungan kita dengan Allah menjadi semakin sederhana dibanding sebelumnya?
Ada kaitan antara situasi “kemujuran aneh” ( strange providential ) yang diizinkan Allah dengan hal yang kita ketahui tentang Dia, dan kita harus belajar untuk mengerti akan rahasia kehidupan menurut terang pengetahuan kita tentang Allah.
Sebelum kita dapat berhadapan langsung dengan fakta kehidupan yang terdalam dan paling gelap tanpa merusak pandangan kita tentang sifat Allah, maka kita sesungguhnya belum mengenal Dia.
“Ketika mereka masuk ke dalam awan itu, takutlah mereka ” (Lukas 9:34). Adakah orang lain, kecuali Yesus dalam awan Anda? Jika demikian, keadaan akan menjadi semakin gelap sampai Anda masuk di tempat di mana “tidak ada seorang pun, kecuali Yesus” (lihat Markus 9:8; lihat juga ayat 2-7)
Penulis : Oswald Chambers
Sumber : Sabda.Net, M. Agustinus Purba