Kompas Kehidupan
Perjalanan panjang mencariNya adalah perjalanan seumur hidup. Dalam prosesnya kita kadang lelah dan kehilangan arah. Pada dasarnya “kompas” kehidupan kita sudah rusak, sehingga kita memerlukan kompas yang baru. Yang menjadi masalah kadang-kadang kita tidak merasa sedang tersesat, karena kamuflase kehidupan yang demikian membutakan.
“..yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah.” (II Kor. 4:4).
Pikiran yang buta inilah yang membuat kita berputar-putar di padang gurun kehidupan dan semakin menjauh dari Tuhan dan bukan mendekat kepadaNya. Kerinduan hatiNya tidak lagi menjadi kerinduan hati kita. Kita salah lihat. Salah fokus. Sehingga pada akhirnya kita salah jalan. Ahli taurat, orang farisi, bangsa Israel di padang gurun, Esau dengan sepiring kacang merah, Saul dengan perempuan En-Dor, sampai kepada Yudas dengan 30 keping peraknya memperlihatkan betapa kita perlu lebih berhati-hati memperhatikan kompas kehidupan kita. Yesus, sang Jalan Kehidupan, memberikan kita hal sederhana untuk dingat sebagai kompas kita:
Yesus menjawab mereka: “Kamu sesat, sebab kamu tidak mengerti Kitab Suci maupun Kuasa Allah! ‘ (Mat. 22:19)
Ada 2 hal dasar yang selalu menjadi kompas kita. Yang pertama, Firman Tuhan. Artinya adalah nilai-nilai dan prinsip-prinsip kehidupan dalam kerajaanNya. Ketika kita terima Dia, kita pindah ke suatu sistem yang baru. Sistem kerajaan Surga, yang memiliki nilai-nilai dan norma-norma yang berbeda. Meskipun kita masih hidup dalam sistem dunia, sistem nilai kita sudah berubah.
Semakin kita menghidupi nilai-nilai yang benar, semakin kita mengerti hatiNya. Yang kedua adalah, KuasaNya, atau dunamis, berbicara tentang pribadiNya. Kita tidak bisa sekedar “bermoral baik” tapi tidak paham pribadinya. Berbicara dan berkonsultasi secara pribadi dengan Roh Kudus adalah kompas kehidupan – kehidupan kita. Dia yang akan menerangkan dan membuka rahasia-rahasia hatiNya kepada kita. (yhs)
Daily Seeking God
– 10 Tahun Perenungan Mencari Tuhan –
Daily Seeking God adalah kumpulan tulisan Hanny Setiawan selama 10 tahun. Ditulis secara spontan ketika ada pertanyaan-pertanyaan kepada diri sendiri. Dengan mengikuti “renungan harian” ini diharapan bisa mengerti pergumulan batin selama 2009-2019 penulis.