Kabinet Jokowi 2019, Kompromi, Strategi, atau Ilahi?
BeritaMujizat.com – Editorial – Kedaulatan Allah (soverignty of God) dalam kehidupan praktis manusia adalah sebuah keniscayaan. Hal ini adalah sebuah presuposisi (asumsi dasar) dalam worldview (wawasan dunia) kristen.
Sebab itu, mengartikan apa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dengan kehendak Allah adalah sebuah perjalanan iman yang membutuhkan mata, telinga, dan hati rohani yang terasah.
Roma 8:28 jelas meyatakan bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan baik orang yang mengasihiNya. Artinya, dalam kondisi dan peristiwa yang terjelek pun, selalu ada kebaikan dan maksud Tuhan disana.
Apabila rambut dikepala kita saja dihitung Tuhan (Luk 12:7), apalagi nasib sebuah bangsa yang besar seperti Indonesia, Tuhan pasti melihat, menghitung, dan memiliki rencana strategis bagi bangsa ini.
Yunus 4:11 menyatakan, “Bagaimana tidak Aku akan sayang kepada Niniwe, kota yang besar itu, yang berpenduduk lebih dari seratus dua puluh ribu orang, yang semuanya tak tahu membedakan tangan kanan dari tangan kiri, dengan ternaknya yang banyak?”
Kabinet Indonesia Maju 2019-2024
Tanggal 21-22 Oktober 2019 menjadi puncak pergulatan politik paska pemilu 2019, pembentukan kabinet Jokowi-Amin 2019-2024. Setelah kemenangan Jokowi-Amin bulan April – September 2019, suhu politik tidak menurun tapi justru semakin tinggi, bahkan ada korban jiwa di beberapa kejadian (demo dan papua). Ini adalah fakta politik yang sudah menjadi sejarah kelam Indonesia.
Mengartikan cuilan informasi ini tidak begitu sulit. Penolakan terhadap kepimpiman Jokowi sejak 2012 (Jakarta Baru), 2014 (Term I), 2017 (Pilkada DKI), sampai Pemilu 2019 (term 2) sebenarnya sudah terjadi baik dari dalam maupun luar.
Jokowi, sebagai politisi, telah menunjukkan bahwa dia mampu melewati belokan-belokan tajam dan menorehkan tinta emas dalam pembangunan Indonesia terutama infrastruktur di term pertama.
Sampai di sini, kita harus berani mengakui bahwa “kalau bukan Tuhan”, tidak mungkin Jokowi yang tidak memiliki latar belakang politik, dan modal yang cukup bisa selamat di panggung politik Indonesia sampai detik ini.
Dalam konteks itu, manuver politik Jokowi dalam pemilihan komposisi kabinet Indonesia maju 2019-2024 cukup mengejutkan semua pihak, baik pendukung atau lawan politik. Oops he did it again!
Masuknya Prabowo dan Gerindra ke sistem jelas ada langkah politis yang sarat transkasi. Orang kalah koq dapat posisi? Itu pertanyaan yang mungkin tersirat dikalayak. Apakah Jokowi sudah kompromi dan meninggalkan konstituennya?
Kontroversi lainnya, jabatan Menteri agama yang diperkirakan jatuh ke NU (Nahdlatul Ulama) ternyata juga tidak terjadi. Padahal NU terlihat “sudah ngarep” karena sudah mendukung sepenuhnya Jokowi untuk melawan gempuran para penunggang gelap NKRI, dan fundamentalis Islam yang menolak Jokowi secara ideologis. Buktinya langsung viral #tolakMenag.
Masuknya Nadiem Makarim (Gojek) menjadi mendikbud juga langsung mendapatkan sorotan tersendiri. Di usia 35 tahun, dengan latar belakang pluralis, dan murni pebisnis yang notabene tidak lahir dari latar belakang pendidikan dan keluar dari pakem “jatah Muhammadiah”, Nadiem terprediksi akan menghadapi penolakan yang terstruktur, sistematis, dan masif mulai dari guru, diknas, sampai parpol-parpol yang sudah terbiasa “titip setoran.”
Keberhasilan Asian Games membawa berkah tersendiri untuk Eric Thohir (Menteri BUMN), dan Wisnuthama (Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif) sekaligus memperlihatkan fokus Jokowi untuk mengejar ketertinggalan ekonomi Indonesia melalui pembenahan cash-cow machine pemerintah (BUMN) seperti yang dilakukan China.
Sebelum reformasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di China dimulai pada 1990, pertumbuhannya terbatas dan kalah oleh sektor swasta. Namun, saat ini, ada sekitar 150.000 BUMN yang dikendalikan pemerintah China, dan BUMN menyumbang 80 persen kapitalisasi pasar di sektor seperti energi dan industri. (sumber)
Tidak banyak yang mengerti bahwa tanpa dukungan BUMN, Jack Ma tidak akan sebesar sekarang. Dongeng orang miskin jadi kaya karena murni kepandaian itu tidak seperti yang dinarasikan. China mungkin sudah lebih kapitalis daripada negara kapitalis sebesar Amerika, dalam bentuk yang lain. Jokowi melihat itu. Ingat, Eric bukan orang dekat partai seperti Rini Soemarno. Berarti ada pertempuran yang hebat dalam menentukan jabatan ini.
Dari Kapolri aktif menjadi Mendagri, Tito Karnavian telah menorehkan sejarah lain. Pilkada DKI 2017 memperlihatkan bahwa Gubernur yang seharusnya menjadi perpanjangan tangan pemerintah pusat bisa menjadi sangat politis dan lupa untuk fokus bekerja mensejahterakan masyarakat.
Rontoknya Susi Pudjiastuti dari kursi Kelautan dan Perikanan menghancurkan hati para penggemarnya, tapi disambut dengan harapan baru para pebisnis ikan dan nelayan-nelayan yang berkurang banyak karena perindustrian ikan yang mungkin “termonopoli” kelompok tertentu. Hanya Jokowi yang tahu semua kartu, tapi kita bisa menebak arah mata angin. Jokowi berkeinginan untuk sepenuhnya meninggalkan warisan kepada rakyat Indonesia. “Saya sudah tidak ada beban”, katanya.
Mayjen Terawan sebagai menteri kesehatan juga kejutan lainnya. Viral karena ketidakcocokan dengan IDI (Ikatan Dokter Indonesia) dan video “Hidup ini adalah kesempatan” yang viral dikalangan Kristen membuat posisi Terawan jadi sangat strategis mewakili minoritas di kabinet 2019. Penting dicatat, lagi-lagi Jokowi memilih dari militer.
Secara garis besar, komposisi kabinet Indonesia Maju 2019-2024, bisa diartikan, Jokowi memperkuat stabilitas nasional di DPR, eksekutif, dan juga yudikatif (orang partai) dengan melakukan banyak transkasi yang terkesan kompromistis. Baik lawan maupun teman semua dikonsolidasi menjadi satu atap, “Kerajaan Jokowi”.
Tidak heran, Gibran sang anak sulung tiba-tiba hendak melompat ke politik dengan bertempur dari bawah menjadi Walikota 2020. Jokowi memiliki bargaining power disemua partai (tidak hanya PDI-P), dan dia sedang menggunakan otoritas dan kuasanya secara maksimal.
Baca : Memasuki Era Baru Indonesia
Tuhan, Apa Yang Sedang Kau Pikirkan?
Analisa politik, ekonomi, sosial, sampai budaya bisa sangat bervariasi. Saking gado-gadonya kabinet Jokowi kali ini, baik dari pihak lawan maupun teman kewalahan, karena Jokowi telah memilih jalannya sendiri. Apakah ini yang Tuhan pikirkan juga?
Secara strategis, ada tiga yang menjadi highlight strategi Jokowi yaitu perang melawan radikalisme agama, stabilitas nasional dengan menggandeng kepolisian dan TNI dalam sistem, dan perubahan total dalam birokrasi untuk mencapai budaya baru.
Setelah fokus di hardware (infrastruktur), sekarang Jokowi menyiapkan software (birokrasi) yang profesional, dan itu strategi yang berhikmat. Untuk brainware (manusia Indonesia) maka peperangan di pendidikan oleh Nadiem Makarim adalah kuncinya.
Secara profetis, 2019 -2029 adalah dekade yang baru. 10 tahun sebelumnya 2009 – 2019 adalah waktu tahun Ayin, dimana Gereja Tuhan diajar untuk melihat. Dalam paruh kedua SBY 2009-2014, yang terjadi adalah matangnya fundamentalisme dan radikalisme, yang akhirnya muncul dipermukaan di jaman Jokowi-Ahok 2014-2019.
Di paruh kedua Jokowi, 2019-2024, stabilitas dan dasar perubahan besar diletakkan (termasuk pindahnya ibukota ke kerajaan tertua Nusantara, Kutai di Kalimantan). Dan hal ini menyisakan peperangan terakhir yang terbesar yang harus diemban penerus Jokowi 2024-2029, yaitu peperangan melawan Korupsi dan Nepotisme.
Baca : Tudung Indonesia Terbuka, Kebangunan Rohani Diluncurkan Surga
Jokowi sedang menyanyikan sebuah lagu baru, yaitu lagu baru “satu nusantara”. Agenda Rekonsiliasi Nasional sedang digulirkan, bahkan Ahok pun dipanggil untuk menjadi bagian dari keluarga. Sebuah revolusi diam-diam sedang dimulai.
Rekonsilasi tidak bisa ditawar adalah agenda tertunda Soekarna, Bapanya Indonesia. Dan agenda ini telah dihilangkan Soeharto dengan PKI di tahun 1965. Sebab itu sejak itu Indonesia menjadi negara yatim piatu yang tidak memiliki Bapa (founding father). Sehingga semua warisan Ilahi belum bisa dilepaskan secara multak.
Ketika Jokowi berani mengambil posisi sebagai Bapa bagi semua kalangan maka itulah yang menjadi hatiNya Tuhan. Itulah yang dipikirkan Tuhan akan Indonesia. Indonesia bukan lagi menjadi bangsa budak, tapi menjadi bangsa yang memiliki mental sebagai putra-putri Raja.
Sebuah peneguhan diberikan dari Nabi Yesaya untuk era baru Indonesia, terutama untuk kabinet Indonesia Maju 2019-2024
Yesaya 32:1-3 (TB) Sesungguhnya, seorang raja akan memerintah menurut kebenaran, dan pemimpin-pemimpin akan memimpin menurut keadilan,
dan mereka masing-masing akan seperti tempat perteduhan terhadap angin dan tempat perlindungan terhadap angin ribut, seperti aliran-aliran air di tempat kering, seperti naungan batu yang besar, di tanah yang tandus. Mata orang-orang yang melihat tidak lagi akan tertutup, dan telinga orang-orang yang mendengar akan memperhatikan.
Rencana Tuhan untuk Indonesia tidak akan ditunda lagi. Yesaya 21:16-17 secara legal sudah terjadi. Dasar-dasar sudah mulai dibangun. Ini waktunya Indonesia bangkit dan menjadi terang (Yesaya 60), dengan kekuatan Gajah Indonesia akan membangunkan bangsa-bangsa yang tertidur dengan SUARA BARU dari belalainya.
Identitas dan destiny dari Indonesia sebagai Suara dari Timur akan dan sedang dikembalikan. Nusantara Baru!
Baca : Nubuatan Rick Ridding WPA 2012 Menuju Penggenapan
Penulis : Hanny Setiawan
Referensi:
Baru Sehari Menjabat, Menteri Agama Fachrul Razi Hadapi Masalah, Lihat Respon Nahdlatul Ulama NU
NU: Banyak Kiai Kecewa dan Protes Fachrul Razi Jadi Menteri Agama
Jaksa Agung Baru Rupanya Adik Kandung Politikus PDI-P…