Jebakan Teologi, Dalam Mengikut Yesus
BeritaMujizat.com – Teologi – Anti rasionalisme dalam kegerakan pentakosta mulai berbalik arah dan membawa pengkotbah, pemimpin gereja dan pelayanan yang “aliran pentakosta” mulai mengandrungi sekolah-sekolah teologi.
Karena tradisi pentakosta sendiri yang masih sangat muda, maka akhirnya pilihan sekolah konservatif yang diwakili Injili sampai Reformed Injili atau liberal membuat mimbar-mimbar pentakosta mulai mengkristal menjadi “pentakosta-injili” yang sangat kuat.
Erastus Sabdono adalah suatu bukti yang paling nyata dari thesis yang saya sebutkan.
Disatu sisi, hal ini sangat menggembirakan. TIdak lagi hanya mengandalkan pengalaman dan manifestasi, para pengkotbah, pendeta, dan pemimpin pentakosta mulai memanifestasikan Sola Scritura dalam setiap pengalaman rohaninya.
Tapi sayangnya, pengkristalan “teologi pentakosta-injili”, perlahan tapi nyata mulai menghilangkan esensi dari gerakan pentakosta itu sendiri, yaitu bergerak dengan Roh Kudus seperti tiang awan dan api bagi Israel.
Melalui jalan-jalan yang belum pernah dilalui membutuhkan ketepatan sekaligus keberanian Ilahi untuk menghidupinya.
Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku,
namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu. (Yoh 5:39-40)
Sebuah peringatan dari Rasul Yohanes, rasul keintiman, yang seharusnya membuat kita selalu berhati-hati dalam berteologi. Teologi sistematika ataupun konstruksif tidak bisa menghilangkan aspek spiritualitas, ataupun terjebak dalam teologia praktis yang dangkal
Hati-hatilah, supaya jangan ada yang menawan kamu dengan filsafatnya yang kosong dan palsu menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Kristus. (Kol 2:8)
Biarlah Roh Kudus memimpin kita semua kedalam semua kebenaran Ilahi (Yoh 16:13), dan memberikan kita keberanian untuk mendobrak semua aturan-aturan manusia yang mungkin sudah termanifestasi dalam dogma, AD/ART denominasi, sampai kepada SOP Gereja-Gereja lokal.
Kenormalan baru membutuhkan keberanian untuk melangkah, tapi bukan dengan kekuatan dan kebranian manusiawi, tapi oleh kuat dan kuasa RohNya (Za 4:6)
Hanny Setiawan
Pusat Pengembangan Studi Pentakosta Indonesia