Gereja Turut Berdoa dan Bersuara Atas Kudeta Militer di Myanmar
BeritaMujizat.com – Internasional – Gereja di Myanmar turut berdoa dan bersuara atas krisis akibat kudeta militer yang sedang terjadi. Mereka menuntut keadilan bersama masyarakat sipil lainya setelah pemerintah kudeta Myanmar memutus akses telekomunikasi dan internet.
Meskipun dianggap dapat membahayakan Gereja dan umat Kristen kedepannya, beberapa pemimpin Gereja terus berdoa dan menyuarakan rasa ketidakadilan yang dirasakan sejak kudeta berlangsung. Mereka percaya bahwa dengan terus berdoa dan bersuara, Tuhan dan para pemimpin di Myanmar akan mendengar suara meraka.
Dalam wawancaranya dengan Christian Today, Koko Maung, pemimpin jaringan nasional perintisan Gereja menyatakan bahwa mereka tidak akan berhenti berdoa dan bersuara sekalipun ditekan. Pemimpin Gereja Nehemia juga terlihat selfi di tengah massa yang sedang berunjuk rasa.
Aliansi Kristen Injili Myanmar serta kelompok Kristen antar-agama di Mandalay, kota terbesar kedua di negara itu, baru-baru ini mengeluarkan pernyataan atas kudeta militer dan penangkapan Aung San Suu Kyi. Aung San Suu Kyi merupakan tokoh prodemokrasi yang memperjuangkan demokrasi di Myanmar.
Sebelum kudeta terjadi, Gereja sebagai agama minoritas telah mendapat tekanan dari upaya penguatan agama Budha oleh negara. Open Doors melaporkan telah terjadi beberapa kasus persekusi terhadap Gereja di Myanmar oleh oknum negara.
Tingkat persekusi terhadap Gereja dikhawatirkan akan terus meningkat seiring semakin aktifnya para pemimpin Gereja dalam unjuk rasa menetang kudeta militer. Menurut Aung Ellis Craft, direktur kementerian Asia Tenggara untuk organisasi misi yang berbasis di AS, Reach A Village, para pemimpin Gereja dapat ditangkap dan dimasukan penjara akibat bersuara atas kudeta militer.
Kondisi yang semakin tidak kondusif di Myanmar semakin mempersulit kehidupan umat Kristen. Gereja mengalami kesulitan untuk menyalurkan kebutuhan terhadap Gereja-Gereja rumah dan kelompok-kelompok sel selama yang tersebar.
Beberapa missionaris juga terjebak dalam dalam konflik yang semakin memanas akibat protes terhadap kudeta militer yang sedang terjadi. Mereka terperangkap dalam situasi konflik dan tidak dapat mengakses bantuan yang sangat mereka butuhkan.
Umat Kristen yang berada di wilayah perbatasan juga sangat khawatir terhadap meningkatnya aktivitas militer setelah pecah kerusuhan antara masyarakat dan pihak keamanan. Kekuatan militer terus dinaikan terutama di wilayah perbatasas dengan India, dimana terdapat etnis Rohingnya disana.
Penulis : Gilrandi ADP