Dualitas Kristus Sebagai DNA Teologi yang Benar
BeritaMujizat.com – Teologi – Percaya Calvin pun tidak ada jaminan pada akhirnya akan selamat kalau memang sudah ditetapkan tidak selamat. Jadi, apakah pengikut Calvin selamat? Jangankan pengikutnya, Calvin sendiri juga tidak tahu ditetapkan selamat atau tidak. Insya Allah alias Supposedly?
Percaya radikal Armenian juga tidak berbeda banyak, tidak tahu akan selamat atau tidak. Menjadi sebuah kebingungan ketika mengikut Yesus tapi tidak percaya kepastian keselamatan.
Tapi baik Calvin maupun Armenian keduanya mencintai Yesus Kristus dan berdasarkan Alkitab dalam perenungan teologinya. Keduanya sudah mati, tidak bangkit. Jadi mereka bukan Yesus Kristus.
Mengatakan karya mereka dan para teolog, bapa gereja, pemikir masa lalu sudah sempurna, dapat membawa kita kepada kultus individu. Berhala yang lain. Hanya Yesus yang bangkit. Bukan mereka.
Mempertentangkan Soverignty of God vs Free Will dengan pendekatan Either Or akan terjebak kepada fanatik di satu sisi. Dan dititik perbedaan itu tidak perlu diperdebatkan lagi. Tapi dicari common ground untuk masuk lebih dalam kepada pengenalan kepada Trinitas.
SOG & FW bagaikan 100% Allah dan 100% Manusia. Kemahakuasaan Allah (Omnipotent) tidak bisa dilepas dari Omniscient, Omnipresent, dan Omnibenovelent Allah. Perlu diingat : Teologi hanya bisa mempotret sebagian kecil dari Ke-Maha-an Allah.
Mengalir dari pemikiran tersebut, saya percaya pemahaman dan konsep Dualitas Kristus adalah DNA Teologi yang benar. Bersama Trinitas sebagai blueprint besarnya. Dari dua konsep utama kristen yaitu Trinitas dan Dualitas itulah saya mencoba mengembangkan apa yang saya sebut Personalitas.
Supaya manusia dapat dicangkokan ke Trinitas, inkarnasi Yesus adalah syarat multak. Sebagai Adam yang ke-2 sifat Ilahi dan Insani Yesus sempurna dalam satu pribadi.
Sebagai keturunan Adam yang baru, keberadaan Roh Kudus bersama roh manusia bersama-sama yang memampukan kita menjadi anak-anak Allah (Rom 8:14-16).
14. Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah.
15. Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah.
16. Oleh Roh itu kita berseru: “ya Abba, ya Bapa!”
Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah.
Roh Kudus dan manusia harus bekerja sama menjadi satu kesatuan utuh (oneness). Kemanusiaan kita harus nampak dalam kehendak bebas, hubungan dengan sesama, dan membangun peradaban manusia.
Kita bukan Anak Allah, bukan Tuhan, bukan juruselamat, tetapi sebagai anak-anak Allah kita memiliki sifat, natur Ilahi yang baru di Dalam Kristus (DNA Ilahi kita). Dan dari kelahiran baru (II Kor 5:17), Roh Kudus melahirkan, mengurapi, dan memimpin sampai kita sempurna seperti Kristus.
Itulah Personalitas dari anak-anak Allah yang tidak hanya Ilahi tapi juga Insani. Sebagai konsekuensi paradoks dan dialektika adalah jalan iman kita. Karena mujizat menjadi biasa, dan biasa itulah mujizat.
Dia Maha Kuasa sekaligus memberi Kuasa kepada anak-anak Allah untuk mengambil keputusan-keputusan bersama Roh Kudus dalam terang Alkitab.
Kisah Para Rasul 15:28 (TB) Sebab adalah keputusan Roh Kudus dan keputusan kami, supaya kepada kamu jangan ditanggungkan lebih banyak beban dari pada yang perlu ini:
#PerenunganTeologi
#DailyTheologicalThought
Penulis : Pdt. Dr. Hanny Setiawan, MBA