Pesan Mimbar

Bukan Hamba, Tapi Anak: Hidup dalam Spirit of Sonship


BeritaMujizat.com – Pesan Mimbar – Ada suatu hal yang sedang dikerjakan Roh Kudus di hari-hari ini: membawa umat-Nya kembali kepada esensi hubungan dengan Tuhan sebagai Bapa dan kita sebagai anak.

Roh Kudus memulihkan pengertian tentang identitas kita sebagai anak-anak Allah—bukan sekadar status, tapi relasi, warisan, dan tanggung jawab.

Dalam pesan mimbar ini, kita diajak untuk merenungkan kembali apa arti menjadi seorang anak di hadapan Bapa. Sebuah pengakuan bahwa kita memiliki potensi sebagai anak untuk mewarisi, bekerja, dibentuk, dan dididik oleh Tuhan sendiri. Seperti lagu pujian yang berkata, “Sebab aku ini milik-Mu”, demikianlah kita adalah milik Bapa dan hidup kita dalam proses dibentuk menjadi serupa dengan-Nya.

Ketika kita masuk ke bulan yang baru, kita ingin melangkah dengan hati yang benar. Bukan sekadar melakukan tugas pelayanan atau rutinitas rohani, tetapi dengan sikap hati seorang anak yang haus akan hadirat Bapa dan yang rindu hidup seturut kehendak-Nya.

Roh Keputraan: Kembali ke Dasar Identitas

Roma 8:15 berkata “Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut  lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: “ya Abba, ya Bapa”

Inilah yang disebut “spirit of sonship” atau roh keputraan. Kata aslinya adalah pneuma huiothesias, yang berarti roh yang menetapkan kita sebagai anak-anak Allah yang sah. Bukan hanya secara hukum, tetapi juga dalam hubungan, identitas, dan warisan. Kita adalah anak-anak Raja. Tidak ada yang lebih mulia dari itu.

Hati Seorang Anak

Roh keputraan membawa kita untuk hidup seperti Yesus hidup—melihat apa yang dikerjakan Bapa dan melakukannya. Yesus berkata dalam Yohanes 5:17, “Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Aku pun bekerja.” Inilah hati seorang anak sejati.

Roh keputraan membuat kita tidak mengerjakan sesuatu karena keharusan atau kewajiban. Kita melayani, bekerja, membina keluarga, dan melakukan segala sesuatu karena relasi kita dengan Bapa. Dari keintiman lahir ketaatan.

Belajar dari Yosua

Yosua adalah teladan anak yang memiliki roh keputraan. Dalam Keluaran 33:11, dikatakan bahwa ketika Musa berbicara dengan Tuhan di tenda pertemuan, Yosua tidak meninggalkan kemah itu. Dia menunggu, memperhatikan, dan memiliki sikap hati yang setia.

Yosua tidak lahir secara militer, tapi secara intim. Ia dibentuk bukan melalui perintah, tapi melalui kedekatan. Kata “didikan” dalam bahasa Ibrani adalah yasar, yang artinya menegur, melatih, mengoreksi, dan membentuk melalui pengalaman. Disiplin bukan karena aturan, tetapi karena hubungan.

Dalam Ibrani 12:6-7 dikatakan bahwa Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya sebagai anak. Jika kita mengalami didikan Tuhan, itu bukti bahwa kita diakui sebagai anak-anak-Nya.

Kesetiaan dan Loyalitas

Yosua menunjukkan loyalitas yang mendalam kepada Musa. Dalam Bilangan 11:28, ketika Eldad dan Medad mulai bernubuat sebelum waktunya, Yosua langsung merespon karena ia tahu hati Musa. Kesetiaan ini disebut emet, artinya kesetiaan hati yang tulus.

Seorang anak yang setia kepada proses akan tetap bertahan walau harus berdarah-darah. Ia tidak tergesa-gesa melihat hasil, tapi tetap setia menunggu waktu Tuhan seperti Yosua yang menunggu Musa.

Kita diajak untuk kembali mengenali hati Bapa. Menjadi anak-anak Allah bukan hanya tentang status, tetapi tentang hidup dalam relasi yang benar, menerima didikan, dan menunjukkan kesetiaan. Mari jalani hidup rohani bukan karena rutinitas, tapi karena keintiman dengan Bapa.

Comments

Related Articles

Back to top button