Mandat BudayaPoleksosbud

Apakah Jokowi Sedang Memainkan Politik Identitas?


Jokowi

BeritaMujizat.com – Poleksosbud – Dunia politik Indonesia kembali ramai, dunia medsos dan warung-warung pun gaduh membicarakan. Bahkan media-media mainstream semua berebut memberitakan. Antara mahar 1 Triliun yang bikin terkejut, dan pilihan cawapres Jokowi yang akhirnya jatuh ke Kiai Ma’ruf Amin (MAF), ketua MUI.

Soal mahar sebenarnya tidak perlu dibicarakan lagi, Bawaslu dan KPK sudah seharusnya bergerak dan minimal melakukan penyidikan. Saya katakan minimal, karena untuk mengkriminalkan cawapres, dan parpol-parpol itu hampir tidak mungkin. Karena kekuatan oligarki politik mereka yang demikan kuat.  Ahok saja dikorbankan, apalagi cuma isu “kecil” soal uang yang sudah sama-sama diakui.

Lebih menarik membicarakan tokoh kontroversial MAF ini. Rekam jejak MAF yang terlihat “berbeda” kebanyakan tokoh-tokoh NU (Nahdatul Ulama) yang lain, seperti Gus Mus, atau alm. Gus Dur membuat posisi MAF sangat abu-abu.

Rekam jejak politik MAF dengan PPP dan PKB sama kuatnya dengan posisi dia sebagai Rois AM NU. Artinya, MAF memang ulama sekaligus politikus, atau mungkin lebih tepat disebut politikus yang kebetulan juga ulama.  Artinya, mengartikan pilihan Jokowi tidak bisa serta merta hanya dari satu sudut pandang.

MAF yang mengaku sebagai penggerak demo 212 yang akhirnya mampu menjungkalkan Ahok dari posisi gubernur DKI mau tidak mau ikut andil dalam maraknya isu SARA dan politik identitas yang menjadi sangat destruktif dalam masyarakat Indonesia.

Meskipun akhirnya antara MAF dan Ahok sudah saling memaafkan, kita harus jujur dan terbuka, luka itu sudah demikian dalam, dan sampai detik ini pun sebenarnya Ahok masih dianggap sebagai sumber masalahnya bukan Buni Yani.

Artinya, dari sudut pandang ini, tidak heran apabila pihak oposisi Jokowi mencoba menggoreng balik isu Jokowi memainkan politik identitas. Karena memang ini domain dimana MAF sangat mahir melakukan perannya.

Tapi dari sudut pandang lain, kita harus mengerti bahwa gaya politik Jokowi yang merangkul semua pihak, dan membiarkan air mengalir dan mengambil keputusan paling akhir sebenarnya sudah memperlihatkan bahwa Jokowi sendiri tidak memainkan politik agama.

Sebaliknya, Jokowi “tanpa sengaja” kembali beruntung alias bejo, karena justru langkah ini membuat Jokowi memegang kendali untuk sebuah proses rekonsiliasi bangsa dimulai.

Mengapa Tidak Sengaja?

Dari kasus Mahfud MD yang sudah menyiapkan diri, dan tiba-tiba diganti, kita dapat menarik kesimpulan logis bahwa Jokowi lebih nyaman dengan Mahfud, tapi parpol-parpol terutama PKB dan PPP lebih menghendaki MAF.  Atau MAF yang melobi PKB dan PPP? Tidak penting ditelusur. Just politics as usual. 

Jadi pilihan kepada MAF, menurut saya adalah murni keputusan politis yang akhirnya terbungkus dengan agama. Bukan pilihan karena agama yang kemudian dipolitikkan.  Jadi dalam hal ini Jokowi masih ada di jalur yang benar.  Thank you Pak Dhe!

PR-nya sekarang adalah dari MAF sendiri.  Apakah MAF bisa menjadi “ulama semua agama”, ataukah dia tetap tidak bisa merubah topi berfikirnya dan merasa jadi pemimpin NU dan MUI saja.  Menjadi pemimpin bangsa adalah untuk semua orang. Dan untuk itu Jokowi harus terus menjaga cawapresnya supaya tidak keluar dari garis toleransi.

Apabila MAF bisa berubah, dan mulai menjadi pemimpin bagi semua agama, dan kalangan, maka MAF justru bisa menjadi tokoh yang ditulis sejarah karena mampu menyelamatkan negeri ini dari perpecahan.  Kita doakan bersama!

 

Penulis : Hanny Setiawan

 

 

Comments

Hanny Setiawan

Seorang biasa dari keluarga biasa yang dipanggil oleh Tuhan yang luar biasa untuk membangun Indonesia Baru. Indonesia baru yang akan membawa kembali api pergerakan dari Timur sampai Yerusalem melalui Asia Tenggara, India, sampai Timur Tengah. #destiny

Related Articles

Back to top button