Tuhan Dalam Tulisan
Manusia pertama-tama berkomunikasi secara lisan, dan belum mengenal tulisan. Secara lisan pula manusia mencari Tuhan. Setelah peradaban manusia semakin maju, manusia mulai menuliskan perjumpaan-perjumpaan Ilahi dalam tulisan-tulisan.
Dalam sejarah, Tuhan sendiri menuliskan hukum-hukumNya melalui dua loh batu yang dibuat Tradisi Musa:
Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Pahatlah dua loh batu sama dengan yang mula-mula, maka Aku akan menulis pada loh itu segala firman yang ada pada loh yang mula-mula, yang telah kaupecahkan..” (Kel 34:1).
Tujuan-tulisan adalah supaya bisa dibaca lagi sehingga informasi akan terus berlanjut. Rupa-rupanya “tradisi Ilahi” ini adalah karakteristik dari Tuhan sendiri.
Tuhan menyebut diri LOGOS yang diterjemahkan menjadi words, atau firman atau kata-kata. Bahkan Dia menyebut diri Alpha dan Omega, artinya Dia alfabet dalam kehidupan manusia (Why 1:8). Manusia hanya bisa membuat tulisan, kata-kata, dan cerita melalui Dia.
Tanpa Tuhan tidak ada kata-kata, tanpa kata-kata tidak ada informasi, tanpa informasi maka tidak akan ada penyebaran pesan. Berkali-kali Tuhan meminta para nabiNya untuk menuliskan pesanNya:
Kepada Yeremia: “Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Tuliskanlah segala perkataan yang telah Kufirmankan kepadamu itu dalam suatu kitab. (Yer 30:2).
Kepada Yesaya: “Hai anak manusia, tuliskanlah tanggal hari ini, ya, tanggal hari ini. Pada hari ini juga raja Babel mulai menyerang Yerusalem. (Yeh 24:2).
Kepada Habakuk : Lalu TUHAN menjawab aku, demikian: “Tuliskanlah penglihatan itu dan ukirkanlah itu pada loh-loh, supaya orang sambil lalu dapat membacanya. (Hab 2:2).
Bisa dilihat betapa pentingnya tulisan bagi Tuhan. Dalam sejarah, tulisan membangun sebuah peradaban. Tulisan Ilahi akan membangun peradaban Ilahi. Sebaliknya untuk mempelajari budaya, adat, norma, aturan, dan cara-cara Ilahi, maka kita perlu Kitab Suci yang benar untuk merujuk kepada Allah yang benar. Ada Tuhan dalam tulisan.
Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran (II Tim 3:16).
– hs –
Daily Seeking God
– 10 Tahun Perenungan Mencari Tuhan –
Daily Seeking God adalah kumpulan tulisan Hanny Setiawan selama 10 tahun. Ditulis secara spontan ketika ada pertanyaan-pertanyaan kepada diri sendiri. Dengan mengikuti “renungan harian” ini diharapan bisa mengerti pergumulan batin selama 2009-2019 penulis.