Tsunami Moral, Baik Jokowi dan Prabowo Menghindari Kasus Penyegelan Gereja
BeritaMujizat.com – Poleksosbud – Di segelnya tiga gereja di Kelurahan Kenali Barat, Kecamatan Alam Barajo, Kota Jambi (27/09/2018) tidak terlalu ditanggapi oleh dua kubu konstentasi pemilihan presiden dan wakil 2019.
Kedua kubu yang sedang berkampanye terlihat menghindari isu ini. Nasib jemaat Huria Kristen Indonesia (HKI), Gereja Methodist Indonesia (GMI), dan Gereja Sidang Jemaat Allah (GSJA) pada khususnya, dan gambar besar kebhinekaan nasional masih dianggap bukan isu utama (sumber).
Gempa Donggala dan Tsunami Palu yang menelan korban jiwa dan kasualitas yang mencapai ratusan bahkan ribuan setelah penyegelan di Jambi (28/9/2018) jelas layak mendapatkan prioritas utama pemerintah dan para pemimpin bangsa ini.
Baca : Mengapa Ibadah Kristen Begitu Menakutkan Sehingga Harus Dihalangi?
Bahkan, ribuan korban Lombok pun masih terancam dengan belum tersediannya rumah-rumah yang bisa dihuni, padahal musim hujan segera datang. Para korban ini masih perlu untuk dilayani terlebih dahulu. Hal ini tidak perlu diperdebatkan
Tetapi, yang menjadi isu keprihatinan kita bersama adalah ketidakseriusan pemerintah (dan oposisi) dengan isu-isu hak asasi beragama.
Tanpa keseriusan memperhatikan hak-hak yang paling hakiki dari esensi seorang manusi, yaitu ibadah kepada Sang Khalik, sebenarnya adalah “gempa moralitas” yang terbukti telah melahirkan tsunami-tsunami moralitas yang tidak kalah menakutkan.
Rekonstruksi pembunuhan supporter Jakmania (Persija), Harringga Sirla (23), yang memperlihatkan sadisnya perlakukan para begundal yang memakai jubah supporter Persib (bobotoh). (sumber)
Menusuk dubur dengan besi dengan sebelum dan sesudahnya memukuli adalah tindakan amoral yang layak dikategorikan seperti binatang.
Jelas para pelaku ini bukan PKI, tapi orang-orang beragama tapi tidak bermoral. Inilah bukti nyata dari tsunami moral yang sudah terjadi di bangsa ini, bahkan sudah menyusup ke tempat-tempat suci.
Para pemimpin politik, agama, sosial, dan masyarakat hanyak bisa menghimbau dan menghimbau supaya tidak mengulan, dan kemudian terdiam pilu, atau mengelak dengan mengatakan “Apa hak kalian menanyakan hal itu?”
Rangkaian demo yang melengserkan Ahok, sampai akhirnya Ahok direkayasa untuk masuk penjara adalah bentuk kebiadaban dari tsunami moral lainnya. Para pelaku bukan hanya masih bisa tertawa, tapi tetap berkuasa dan dengan sombong memperlihatkan kekuatan kardus-kardusnya.
Indonesia Baru masih terasa muda sekali. Butuh perjalanan yang masih panjang untuk mendewasakan bangsa yang besar ini. Bukan hanya yang bersifat fisik seperti jalan tol, atau bencana gempa. Tapi bangsa ini membutuhkan para pemimpin yang berani menghadapi panasnya tekanan masyarakat atas nama agama. Kapan Tuhan?
Penulis : Hanny Setiawan