Takut Akan Tuhan
TAKUT AKAN TUHAN
Bacaan : Kel 1:15-22
Tetapi bidan-bidan itu takut akan Allah dan tidak melakukan seperti yang dikatakan raja Mesir kepada mereka, dan membiarkan bayi-bayi itu hidup.
(Kel 1:17).
Setelah Yusuf, bangsa Israel berkembang dengan sangat cepat memenuhi Mesir (Kel 1:9). Bangkitnya Firaun yang baru yang tidak mengenal Yusuf adalah awal dari perubahan kehidupan keluarga Israel di Mesir. Mereka yang dahulunya menjadi warga kelas 1, sekarang menjadi kaum yang marginal.
Dipaksa membangun kota Pitom dan Raamses (Kel 1:11), Israel tidak menjadi berkurang tapi justru semakin ditindas semakin semakin bertambah.
Tetapi makin ditindas, makin
bertambah banyak dan berkembang mereka, sehingga orang merasa takut kepada orang Israel itu. (Kel 1:12).
Pemeliharaan Tuhan atas Israel begitu menakjubkan. Dari orang-orang sisa 70 orang (Kel 1:5), Israel berkembang menjadi jutaan orang, sebuah bangsa lahir. Penindasan bukan menjadi halangan, tapi justru menjadi pemicu pertumbuhan. Dalam keadaan kehidupan “dipahitkan” Firaun (Kel 1:14), Israel tetap hidup karena janji Tuhan kepada Abraham, Ishak, dan Yakub. Tuhan tidak pernah lupa.
Frustasi, Firaun mengeluarkan plot pembunuhan massal untuk bayi-bayi laki Israel (Kel 1:14), tapi itupun digagalkan karena ada dua bidan bernama Sifra dan Pua (Kel 1:15) yang takut akan Allah sehingga berani mati menentang perintah langsung Firaun, yang pada waktu itu adalah orang terkuat di dunia.
Takut akan Tuhan membuat Sifra dan Pua mengambil keputusan yang benar. Salomo mengatakan bahwa Takut akan Tuhan adalah awal dari pengetahuan (Ams 1:7). Takut akan Tuhan adalah sebuah ketetapan dan peraturan yang bersifat kekal. Artinya, berlaku disemua masa, musim, dan era.
“Inilah perintah, yakni ketetapan dan peraturan, yang aku ajarkan kepadamu atas perintah TUHAN, Allahmu, untuk dilakukan di negeri, ke mana kamu pergi untuk mendudukinya, supaya seumur hidupmu engkau dan anak cucumu takut akan TUHAN, Allahmu, dan berpegang pada segala ketetapan dan perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu, dan supaya lanjut umurmu. (Ul 6:1-2).
Kekudusan, kebesaran, keagungan, kemuliaan, kemahakuasaan, kemahadiran, dan kemahatuhan Tuhan membuat kita manusia seperti cacing (Yes 41:14) yang tanpa pertolongan Tuhan tidak akan bisa hidup.
Yeremia memahami benar bahwa hanya orang-orang yang mengandalkan Tuhan adalah orang-orang diberkati. Orang-orang yang mengandalkan manusia adalah orang-orang yang terkutuk (Yer 17:5-8).
Hidup dalam takut akan Tuhan, diartikan seperti hidup dengan selalu melihat wajah Tuhan (coram deo, latin), selalu dalam hadiratNya membuka pintu-pintu mujizat dalam kehidupan sehari-hari. Sifra dan Pua adalah orang-orang biasa yang luar biasa karena takut akan Tuhan. Kita pun bisa.
Pendalaman Alkitab:
Kata takut dalam bahasa Yunani dipakai kata phobos (G5401) yang artinya kengerian, teror, kekaguman, dan keheranan. Dari kata phobos ini kita mendapatkan kata fobia atau ketakutan yang tidak rasional. Takut akan Tuhan mengandung arti ada hal yang tidak bisa disebutkan dengan kata-kata (irasional) mengapa kita melakukan apa yang kita lakukan, seperti sebuah fobia. Ketika Yesaya (Yes 6), Paulus (Rom 7:23), Simon Petrus (Luk 5:8) mengalami Tuhan, maka reaksinya adalah kesadaran akan kenajisan, status manusia celaka, dan orang berdosa.
Penulis:Hanny Setiawan
HDMI (Hidup Dalam Mandat Ilahi) adalah adalah konsep pengajaran holistik yang membawa kekristenan tidak berhenti kepada kesalehan pribadi, tetapi berfokus kepada Membangun Tubuh Kristus. Selama 49 Hari penulis mengajak untuk Menghidupi Tujuan Ilahi, Memahami Desain Awal, Mengalahkan Dunia, Melakukan Yang Seharusnya, Menjalani Kehidupan, Menyiapkan Jalan, Menggenapi Janji.