Revival

Saat Gereja Bertobat: Api Kebangunan Rohani Membakar Afrika


Gambar ilustrasi

BeritaMujizat.com – Revival – Kebangunan Rohani Afrika Timur merupakan sebuah gerakan pembaruan iman dalam Gereja Kristen di Afrika Timur yang dimulai pada akhir tahun 1920-an hingga 1930-an.

Gerakan ini bermula dari sebuah bukit bernama Gahini, yang saat itu berada di wilayah koloni Belgia Ruanda-Urundi, pada tahun 1929. Dari sana, gerakan ini menyebar ke wilayah pegunungan timur Kongo Belgia, Uganda (protektorat Inggris), Tanganyika (sekarang bagian dari Tanzania), dan Kenya pada tahun 1930–1940-an.

Revival ini secara signifikan mengubah wajah Gereja Anglikan di Afrika Timur, yang sebelumnya sudah hadir di wilayah tersebut, dan mendorong pertumbuhan pesat gereja dari dekade 1940-an hingga 1970-an.

Pada abad ke-19, Afrika Timur berada di bawah kolonialisasi Eropa: Jerman menguasai Tanganyika, Rwanda, dan Burundi, sementara Inggris menguasai Uganda dan Kenya.

Misionaris Kristen pertama kali memulai penginjilan di Uganda (saat itu bernama Buganda) pada tahun 1877. Para bangsawan dan elit lokal cepat menerima kekristenan, namun juga menghadapi penganiayaan berat, terutama pada tahun 1885—peristiwa yang memicu gelombang pertumbuhan kekristenan di wilayah itu.

Protestantisme berkembang cepat di kawasan ini. Gereja Uganda didirikan sekitar tahun 1893, dengan peran yang setara antara misionaris Eropa dan para petobat Afrika. Namun, gereja-gereja awal ini cenderung elitis, mencerminkan budaya gereja Inggris dan Amerika Utara.

Sementara itu, kelompok misi bernama Ruanda Mission, bagian dari Church Missionary Society, menginjili wilayah Ruanda-Urundi—yang setelah Perang Dunia I menjadi wilayah mandat Belgia. Kelompok misi ini menjadi aktor penting dalam penyebaran revival yang kemudian terjadi.

Memasuki awal abad ke-20, sebagian anggota Gereja Uganda mulai kecewa terhadap kehidupan gereja yang penuh kompromi terhadap dosa dan pengaruh modernitas. Semangat awal penginjilan mulai redup, dan muncul berbagai bentuk korupsi di kalangan pemimpin gereja.

Kekecewaan terhadap kondisi rohani gereja mendorong sekelompok orang mencari pembaruan iman. Tidak ada satu peristiwa tunggal yang menandai awal kebangunan rohani ini, tetapi Simeon Nsibambi dikenal sebagai salah satu penggerak utama gerakan ini.

Nsibambi belajar dan mengajar di Kampala, Uganda, sebelum menetap di Gahini, Ruanda. Ketidakpuasannya terhadap dosa dan kemerosotan rohani dalam gereja membawanya pada pencarian akan kebangunan rohani.

Pada tahun 1929, ia membangun relasi spiritual dengan Dr. Joe Church, seorang misionaris dari Ruanda Mission yang bekerja di Rumah Sakit Gahini. Dari hubungan inilah revival mulai bertumbuh—dimulai dari para staf rumah sakit tersebut.

Kebangunan rohani ini bersifat akar rumput (grassroots): menyebar melalui kelompok-kelompok kecil dan hubungan pribadi. Banyak kesaksian menyebutkan bahwa kuasa Roh Kudus memainkan peran utama dalam keberhasilan gerakan ini.

Penyebaran Revival ke Negara-Negara Tetangga

Melalui dukungan Ruanda Mission, revival menyebar melampaui Ruanda, termasuk ke:

  • Uganda: Gereja di distrik Kigezi berada di bawah yurisdiksi misi Ruanda, memungkinkan penyebaran revival kembali ke Uganda.

  • Kenya: Pada tahun 1937, tim misi dikirim ke Kabete (dekat Nairobi). Pesan revival yang menekankan persatuan lintas ras sangat relevan di sana.

  • Tanganyika (kini Tanzania): Tahun 1939, Joe Church bersama William Nagenda dan timnya mengabarkan kebangunan rohani ke wilayah ini.

Penyebaran ini sangat bergantung pada semangat pribadi para penginjil dan pelayan, yang membangkitkan kembali antusiasme terhadap gereja Anglikan yang sebelumnya stagnan.

Salah satu ciri paling menonjol dari revival ini adalah pengakuan dosa secara publik. Banyak orang Kristen yang sebelumnya hanya berstatus “Kristen nominal” menjadi sungguh-sungguh dalam iman mereka.

Hal ini membawa rekonsiliasi dan kesatuan dalam komunitas, serta membangun kembali gereja sebagai tubuh Kristus yang hidup dan kudus. Kebangunan ini juga menandai perlawanan terhadap dosa tersembunyi di kalangan pemimpin gereja.

Warisan Revival

Dr. Joe Church aktif menyatukan pemimpin gereja dari berbagai etnis dan latar belakang untuk merancang tahap-tahap kebangunan rohani.

Himne “Tukutendereza Yesu” (“Kami Memuji-Mu, Yesus”) menjadi simbol revival ini, mencerminkan persatuan umat Kristen yang mengalami kebangunan rohani di seluruh Afrika Timur.

Kata “Balokole” (dalam bahasa Luganda berarti “orang yang diselamatkan”) menjadi identitas gerakan ini, dan hingga abad ke-21, Balokole Revival masih berdampak luas di Afrika—khususnya di Rwanda, Uganda, Tanzania, dan Kenya.

Di Uganda, Museum Revival Afrika Timur didirikan di kota Mbarara sebagai peringatan akan gerakan yang membangkitkan kehidupan rohani gereja dan masyarakat di kawasan tersebut.

Comments

Related Articles

Back to top button